Arus Balik Usai, Pemudik Angkutan Umum Naik Kecuali Pesawat

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda

Jumat 14 Jun 2019 11:45 WIB

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menutup secara resmi Posko Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu 1440 Hijriah di Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Jumat (14/6). Foto: Republika/Dedy Darmawan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menutup secara resmi Posko Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu 1440 Hijriah di Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Jumat (14/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan menyatakan, seluruh angkutan umum massal pada arus mudik dan balik mengalami kenaikan kecuali pesawat. Anjloknya penumpang pesawat, salah satunya ditengarai lantaran tarif tiket pesawat yang cukup tinggi. 

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemenhub, Sugihardjo, mengatakan, total penumpang pesawat pada arus mudik dan balik tahun ini sebanyak 3.522.585 penumpang. Jumlah itu tercatat anjlok 27,37 persen dibanding realisasi penumpang pesawat arus mudik dan balik tahun 2018 sebanyak 4.850.028 penumpang.

Baca Juga

"Semua moda angkutan publik mengalami kenaikan penumpang, kecuali pesawat turun 27,37 persen," kata Sudihardjo dalam Penutupan Posko Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Jumat (14/6). 

Lebih lanjut, untuk penumpang angkutan jalan tercatat naik 11,19 persen menjadi 4.160.622 orang, angkutan penyeberangan pulau naik 0,43 persen jadi 4.086.407 penumpang, kereta api tumbuh 6,62 persen menjadi 5.087.342 orang, serta penumpang angkutan laut yang bertambah 8,77 persen jadi 1.486.065. 

Secara akumulasi, jumlah penumpang mudik dan balik pada tahun ini mencapai 18.343.021 orang dari lima jenis moda transportasi. Dibanding realisasi tahun 2018, Sugiharjdo menyampaikan jumlah penumpang mencapai 18.798.315 orang sehingga pada tahun ini mengalami penurunan sebesar 2,42 persen. Penurunan tersebut akibat adanya penurunan signifikan penumpang pesawat yang mencapai 1.327.443 penumpang. 

Sugihardjo mengatakan, pihaknya tengah menganalisa secara mendalam terkait fenomena tersebut. Namun hipotesis sementara turunnya jumlah penumpang pesawat diakibatkan oleh tiga hal.

Pertama, akibat adanya peningkatan ruas jalan tol dan penambahan jumlah kereta api sehingga terdapat pergeseran penumpang pesawat. Kedua, akibat banyaknya program corporate social responsibility (CSR) Badan Usah Milik Negara (BUMN) untuk angkutan laut gratis. Ketiga, yakni tingginya tarif tiket pesawat. 

"Kita ingin laporkan sinyalemen akibat kenaikan tairf tiket pesawat mungkin benar secara psikologis. Maksudnya, ini (kenaikan tarif) memang sudah dirasakan masyarakat sejak sebelum Ramadhan," ujar dia. 

Sugihardjo mengatakan, secara psikologis masyarakat telah menganggap bahwa harga tiket pesawat pada musim libur Lebaran tahun ini lebih mahal. Itu dikarenakan akibat kenaikan tiket pesawat yang telah terjadi berbulan-bulan sejak akhir tahun lalu. 

Padahal, jika dilihat lebih teliti, tarif tertinggi tiket pesawat saat musim mudik tahun ini lebih rendah dari tahun lalu. Itu terjadi karena pemerintah menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat sebesar 12-16 persen melalui Kepmenhub Nomor 106 Tahun 2019. Sebagaimana diketahui, pada musim lebaran maskapai biasanya menerapkan harga tiket pada kisaran TBA karena adanya peningkatan permintaan. 

"Tarif tertinggi pesawat itu turun sekitar 14-16 persen setelah ada keputusan pemerintah," ujar dia. 

Namun, Sugihardjo mengakui, untuk tarif terendah pesawat untuk liburan Lebaran tahun ini meningkat antara 16-79,5 persen dibandingkan tarif terendah pesawat masa Lebaran 2018. Peningkatan tersebut menjadi hal utama dalam perbandingan harga tiket penerbangan. 

Sebab, tarif tiket terendah menjadi indiktor keterjangkauan segmen masyarakat tertentu untuk dapat menikmati layanan jasa angkutan udara. "Fenomena peningkatan itu saat ini menjadi asumsi dasar mengapa terjadinya penurunan angkutan udara," ujar dia. 

Terpopuler