Penumpang Arus Balik Bandara Adisutjipto Turun

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Hafil

Ahad 09 Jun 2019 14:40 WIB

Suasana di Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, Selasa (05/02). Foto: Republika/Silvy Dian Setiawan Suasana di Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, Selasa (05/02).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Penurunan jumlah penumpang turut terjadi untuk arus balik di Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Tapi, penurunan yang terjadi diklaim lebih kecil dibandingkan bandara-bandara lain.

General Manager Bandara Internasional Adisutjipto, Agus Pandu Purnomo menilai, animo masyarakat menggunakan transportasi udara lumayan. Tentu, jika dibandingkan bulan-bulan sebelum Ramadhan.

Baca Juga

Artinya, jika rata-rata penumpang per hari 12 ribuan, Sabtu (8/6) kemarin bisa mencapai 23.727. Sehingga, ada kenaikan hampir 100 persen dibandingkan low season Januari-Mei 2019.

"Namun, kalau kita bandingkan dengan (puncak arus balik) 2018 memang ada penurunan sekitar 17 persen," kata Pandu di Bandara Adisutjipto, Ahad (9/6).

Mereka mencatat penumpang pada 2018 hingga hari ini sebanyak 281.361 orang. Sedangkan, pada 2019 sudah ada total 230.876 orang yang menunjukkan penurunan sekitar 17 persen.

Kemudian, DI Yogyakarta sendiri sudah memiliki dua bandar udara. Pandu berpendapat, Yogyakarta International Airport (YIA) juga memiliki peminat yang lumayan.

"Kami di sana sudah ada Citilink, Batik Air ada tiga, ditambah hari ini ada tiga ekstra flight Garuda, arahnya ke Jakarta," ujar Pandu.

Dari total 29 ekstra flight, perlu dipahami jika semua itu tidak memiliki waktu yang bersamaan. Air Asia, misal, cuma mengambil pada 11, 12, dan 13 Juni 2019.

Sehingga, lanjut Pandu, per hari yang beroperasi sekitar 50 persen saja. Untuk YIA, pada arus balik kemarin hampir 1.000 penumpang per hari.

"Puncak arus balik itu tadi malam, tadi malam 23.527 penumpang, paling banyak ke Jakarta," kata Pandu.

Meski begitu, Pandu melihat, penurunan penumpang di Yogyakarta termasuk yang paling sedikit jika membandingkan bandara-bandara lain. Contoh, Solo yang di atas 45 persen dan Cengkareng.

Pandu mengakui, tingginya harga tiket menjadi salah satu faktor penurunan jumlah penumpang pesawat di Yogyakarta. Namun, ia merasa, faktor-faktor lain banyak pula mempengaruhi.

"Contohnya, moda transportasi pilihan banyak, kereta api banyak, jalan tol dibangun dan banyak yang menggunakan kendaraan pribadi, kemudian transportasi umum seperti bus lebih siap," ujar Pandu.

Ia turut membenarkan, hingga detik ini harga tiket masih tinggi (di batas atas) dan belum alami penurunan. Tapi, Pandu menegaskan itu tidak menyalahi aturan yang ditetapkan Kemenhub.