REPUBLIKA.CO.ID, BRISBANE -- Suara takbir mengalun tenang di tengah-tengah dingin menusuk tulang sekitar 15 derajat Celsius. Rabu (5/6) pagi, tidak kurang dari 500-an masyarakat Muslim Indonesia merayakan Iedul Fitri dengan melakukan shalat di kantor Indonesian Muslim Centre of Queensland (IMCQ), di Loganlea, sekitar setengah jam dari pusat kota Brisbane, Australia.
Selain dari Indonesia, jamaah yang umumnya sudah menetap di Australia tapi berasal dari berbagai negara juga tampak hadir, di antaranya Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Arab, dan beberapa negara Afrika lainnya.
Dalam kesempatan itu, M Luthfi Hamidi, selaku khatib mengajak jamaah untuk meningkatkan persaudaraan di antara sesama Muslim. “Alhamdulillah kita senang shalat Ied di sini imamnya dari Pakistan, sedang khatibnya dari Indonesia. Semoga ini menggambarkan ukhuwah Islamiyyah yang semakin kokoh antarsesama Muslim di tengah kemajukan etnis dan kultur budaya yang beragam,” kata Lutfi Hamidi seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Jamaah laki-laki shalat Iedul Fitri 1440 H di kantor Indonesian Muslim Centre of Queensland (IMCQ), Loganlea, Australia.
Menurut Luthfi -- yang sedang menjalani pendidikan doktoral di Griffith University -- Brisbane, ajakan untuk memperkuat ikatan persaudaraan antarsesama anak bangsa yang beragam (ukhuwah wathoniyyah) seringkali digaungkan. Namun ajakan untuk menggalang ukhuwah Islamiyyah sering dilupakan.
“Ukhuwah wathoniyyah itu bagus, ini cerminan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Namun, ini menjadi ironis, ketika kita sibuk mengajak umat lain bersinergi, tapi kadang malah melupakan membina hubungan dengan saudara seiman sendiri. Akibatnya sesama saudara seiman, kadang kurang harmonis atau bahkan saling berselisih,” ujarnya.
Kebiasaan baik
Luthfi juga menyampaikan, agar umat Islam memanfaatkan Ramadhan yang baru lalu menjadi kawah pendidikan (training ground) bagi pengembangan kebiasaan yang baik. Karena ketika seseorang berpuasa, ia tidak saja berpuasa dengan perutnya, tapi dengan mata, telinga, mulut, dan hatinya.
Dosen STEI SEBI itu mengutip buku Psyco-Cybernetics karangan Maxwell Malts, yang menyebutkan kegiatan dan aktivitas bisa terbentuk menjadi kebiasaan manakala sudah dijalankan paling kurang 21 hari. “Alhamdulillah kita puasa 30 hari, malah Rasul menambahkan enam hari puasa sunnah Syawwal, pahalanya seperti puasa setahun. Ini sebuah tantangan dan dorongan, agar umat benar-benar memanfaatkan berkah Ramadhan menjadi inspirasi bagi 11 bulan kedepan,” paparnya.
Ia menambahkan, kalau seandainya kebiasaan baik itu tidak atau belum terbentuk, paling tidak umat Islam bisa menjalankan ibadah meskipun dalam porsi yang ringan tapi berketerusan. Sebagaimana Rasulullah SAW mengingatkan sebaik-baik amal di sisi Allah adalah amal yang dijalankan secara terus-menerus, meskipun sedikit.
Dalam kesempatan yang sama, Luthfi mengingatkan pentingnya IMCQ menjadi lembaga yang menyebarkan dan mengajarkan keislaman di tengah-tengah budaya sekuler Australia. Beradasarkan riset dari PEW Research Centre, Australia dan New Zealand mengalami pertumbuhan Muslim yang signifikan, masing-masing sebesar 80 persen dan 150 persen.
Booth anak-anak dalam rangkaian acara shalat Iedul Fitri 1440 H di kantor Indonesian Muslim Centre of Queensland (IMCQ), Loganlea, Australia.
Namun, kata dia, umat Islam tidak perlu jumawa, karena pada saat yang sama ada gelombang tren baru di mana imigran Muslim meninggalkan idiologi keislamannya. Buku Apostate: When Muslims Leave Islam (Murtad: Ketika Muslim meninggalkan Islam), yang dikarang Simon Cottee, misalnya, menelaah dan mewancarai 35 Muslim dari Inggris dan Kanada yang murtad. “Hijrah”-nya mereka patut ditengarai karena lemahnya pengetahuan keislaman sehinggga mudah goyah ketika di lingkungan baru mereka mendapatkan banyak ujian kenikmatan hidup.
“Allah telah mengamanahkan kepada setiap keluarga Muslim untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka. Ini semestinya menjadi visi setiap Muslim: masuk ke surga keluarga. Perlu diupayakan sekuat tenaga jangan sampai ada anggota keluarga kita yang tercecer. Lantaran itu, setiap keluarga Muslim harus punya misi yang jelas: terus menambah keilmuan agama Islam dan berusaha mempraktikannya secara konsisten. IMCQ ini ke depannya perlu menjadi madrasah, di mana anak-anak dan generasi penerus Islam dari berbagai bangsa harus dibina sehingga mereka bisa melakukan ukhuwah wathoniyyah terhadap non-Muslim, tanpa khawatir kehilangan identitas agamanya,” tegasnya.
Kegiatan Ramadhan
Seusai shalat Ied, Ketua Panitia Iedul Fitri, Hapsara Mahardhika, mengundang Iman Partorejo, selaku sesepuh tokoh Islam di Brisbane untuk menyerahkan sertifikat kepada lima pemuda yang terlibat sebagai imam Tarawih di IMCQ. Mereka adalah para hafizh dalam bimbingan Imam Karisab Fidaurrahman. Mereka membacakan bergantian Alquran dalam Tarawih, sehingga selama sebulan, Alquran bisa dikhatamkan.
Selain itu, Hapsara mewakili IMCQ juga menghaturkan terima kasih kepada jamaah atas donasi dan partisipasi mereka sehingga pembangunan dan penyempurnaan gedung IMCQ yang insya Allah selanjutnya akan dirintis menjadi masjid, bisa berjalan dengan baik.
Menikmati masakan Indonesia seusai shalat Iedul Fitri 1440 H di kantor Indonesian Muslim Centre of Queensland (IMCQ), Loganlea, Australia. Salah satu menunya berupa gulai.
Selain Tarawih, kegiatan Ramadhan di IMCQ cukup semarak. Setiap hari ibu-ibu yang tergabung dalam Klub Canshol (Cantik dan Sholihah) sudah didata dan mengirimkan takjil harian. IMCQ menfasilitasi kegiatan Indonesian Islamic Society of Brisbane (IISB) yang menggelar kegiatan semarak Ramadhan di antaranya melalui kuliah Subuh dan ifthar jama'i (buka puasa bersama). Pembicara yang diundang antara lain, Ustadz Dr Wido Supraha MSi, Saifurrahman Mahfudz Lc, MSh, dr Ahmad Muttaqin Alim SpAn, EMDM, dan Ustaz Maslathif Dwi Purnomo.
Di 10 hari terakhir Ramadhan, IMCQ menggelar itikaf dan qiyamul lail dipimpin oleh Imam Karishab. “Setiap malam, mulai dari jam 10 sampai kira-kira jam 00.30 pagi, imam membaca sebanyak tiga juz. Alhamdulillah selama 10 hari terakhir, kita bisa menghatamkan Quran,” papar Edy Wahyu Susilo, ketua Manajemen IMCQ.
Dalam kegiatan ini, panitia menyediakan makan dan minuman di sela-sela rehat shalat qiyamul lail. Jamaah juga juga disediakan makan sahur sehingga diharapkan bisa beribadah dengan lebih khusuk.
Puncak acara Iedul Fitri, Klub CanShol menyediakan makanan dengan menu utama gulai dan lontong, pecel, tak ketinggalan, tempe, bakwan, dan segala kue yang biasa disuguhkan dalam merayakan hara raya Idul Fitri. Khusus untuk anak-anak, juga disediakan tambahan menu ala Australia.