Faktor Ekonomi, Alasan Beni Mudik Serang-Jepara Naik Motor

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Teguh Firmansyah

Rabu 05 Jun 2019 03:16 WIB

Beni (37 tahun), salah satu pemudik motor, usai beristirahat di pom  bensin di daerah Pejagan, Kamis (30/5). Foto: Republika/Adinda Pryanka Beni (37 tahun), salah satu pemudik motor, usai beristirahat di pom bensin di daerah Pejagan, Kamis (30/5).

REPUBLIKA.CO.ID, PEJAGAN -- Keterbatasan anggaran menjadi alasan utama bagi Beni (37 tahun) dan sang istri untuk pergi ke kampung halaman menggunakan motor. Menurut mereka, bepergian dengan bus ataupun kereta dapat menghabiskan ongkos dua hingga tiga kali lipat lebih banyak. Terlebih, tarif angkutan umum jelang Lebaran kerap kali naik dibanding dengan hari biasa.

Mengendarai motor bebek matic, Beni tidak hanya membawa sang istri saat mudik. Gingga (6 tahun) turut 'diangkut' untuk mengunjungi kakek dan neneknya di Jepara. Sementara Gingga duduk di antara Beni dan istri, pakaian serta bawaan mereka diletakkan di bagian depan.

Baca Juga

Ketika ditemui Republika.co.id di salah satu pom bensin di daerah Pejagan, beberapa waktu lalu, raut wajah Beni terlihat lelah. Sebab, lebih dari 12 jam perjalanan sudah ditempuhnya. Ia berangkat dari Serang, Banten, pada Rabu (29/5) pukul 20.00 WIB dan diprediksi baru tiba di Jepara pada Kamis malam.

Tapi, semangat Beni untuk bepergian ke kampung halaman mengalahkan rasa capek. Untuk menjaga stamina, ia selalu meluangkan waktunya demi istirahat. Kerap ia tidur sejenak ataupun sekadar meluruskan kaki. "Satu atau dua jam cukup, tapi sering," tuturnya sembari tertawa.

Beni menjelaskan, tidak ada persiapan khusus yang dilakukannya sebelum menempuh perjalanan ratusan kilometer. Motornya pun hanya diservis biasa untuk memastikan kondisinya fit saat dibawa mudik.

Beni menyebutkan, hanya satu tips yang dijalankannya ketika mudik dengan motor, yaitu istirahat cukup. Ia tidak pernah memaksa berkendara apabila memang tubuhnya sudah merasa lelah ataupun ketika mulai mengantuk. Beni lebih memilih tiba di kampung halaman terlambat dibandingkan memaksakan diri 'bertempur' di jalanan.

Ini bukanlah pertama kalinya Beni mudik dengan motor. Sejak 2015, pekerja pabrik sparepart ini rutin mengunjungi kampung halaman menggunakan motor jelang Lebaran. Selama itu juga, Gingga selalu ikut.

Meski harus menempuh perjalanan selama seharian, raut bahagia masih terlihat dari wajah Gingga. Ia merasa antusias karena bisa melihat pemandangan di luar kota Serang dan bertemu kakek serta neneknya di kampung halaman. "Senang, bisa jalan-jalan," ucapnya.

Beni mengakui, rasa was-was selalu menghampirinya ketika melintasi jalur Pantura. Truk dan bus besar yang melintas dengan kecepatan tinggi membuatnya harus terus berkonsentrasi. Apalagi, jalan di beberapa titik seperti Cirebon dan Brebes cenderung tidak rata akibat tambalan.

Tapi, Beni menambahkan, tidak ada pilihan baginya selain mudik menggunakan motor. Biaya bensin dan servis motor lebih mudah dijangkaunya dibandingkan harus membeli tiket transportasi umum untuk tiga orang.

Beni tidak sendirian. Menurut Survei Angkutan Lebaran 2019 Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenhub, setidaknya 986 ribu pemudik sepeda motor berangkat dari Jabodetabek pada arus mudik tahun ini.

Dari total tersebut, diperkirakan mayoritas akan melalui jalan alternatif dengan porsi 56,9 persen atau 561 ribu orang. Jalan pantai utara (Pantura) menjadi jalur terbanyak kedua dengan proyeksi 314 ribu orang (31,9 persen) melintas di sana. Setelah itu, lintas selatan 69 ribu orang (7,1 persen), dan lintas selatan-selatan 40 ribu orang (4,1 persen).

Terpopuler