Cerita Bangkrutnya RM Kota Sari di Jalan Pantura

Rep: Ali Yusuf/ Red: Teguh Firmansyah

Ahad 02 Jun 2019 20:06 WIB

Suasana salah satu rumah makan yang telah bangkrut di Jalan Raya Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Ahad (2/6). Foto: Republika/Putra M. Akbar Suasana salah satu rumah makan yang telah bangkrut di Jalan Raya Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Ahad (2/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Ujang Sopyan (52 tahun) hanya bisa berkaca-kaca mengingat restoran tempat kerjanya dulu. Restoran di jalanan pantai utara (Pantura) itu kini hanya tinggal kenangan.  

Saat Republika.co.id menemui, pria berambut gondrong ini sedang duduk santai di kursi susun baja yang sudah tak berlapis busa. Di sandaran kursi yang diduduki Ujang ada tulisan kapital RM KOTA SARI yang sudah memudar. "Tutupnya setelah ada tol Cipali aja," tuturnya, Ahad (2/6).

Baca Juga

Ujang menceritakan di RM Kota Sari awalnya sebagai petugas kebersihan. Lalu meningkat menjadi petugas keamanan di rumah makan pada 1990-an.

Karena statusnya itu, pendapatan Ujang pun meningkat. Apalagi pelanggan yang datang ke RM itu semakin melonjak.  "Saya awal bekerja di sini tahun 1985, tukang ngelap-ngelap kaca. Baru tahun 1990 saya jadi petugas keamanan," katanya.

 

Ujang menceritakan, tugasnya sebagai keamanan di RM Makan Kota Sari ini tidak hanya berjaga dan menyapa para pelanggan yang datang. Akan tetapi Ujang juga mengatur keluar masuk kendaraan ke RM Makan Kota Sari.

Dari hasil itulah Ujang mendapat tambahan pendapatan di luar gaji sebagai petugas keamanan. Pendapatan dari mengatur keluar masuk kendaraan juga Ujang bagi dua dengan rekan kerjanya yang lain.

Ujang mengaku meski sebagai petugas keamanan dan pengatur keluar masuk kendaraan di rumah makan tersebut, Ujang juga merasakan kejayaan rumah makan.

"Kurang lebih Rp 500 ribu pendapatan sehari bisa kurang bisa lebih dan itu juga dibagi dua dengan teman-teman," katanya.

Meski hanya sebagai petugas keamanan Ujang mengaku dapat membiayai pendidikan dua anaknya selain memberi kebutuhan sehari-hari. Ujang sudah ada niat setelah kedua putranya selesai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) akan menyekolahkannya sampai ke perguruan tinggi.

Namun niat tersebut hancur lebur seperti halnya bangunan RM Kota Sari yang tak beroperasi sejak tol Cipali beroperasi. Ujang mengaku pasrah atas kebijakan politik nasional itu. "Iya gimana lagi tempat usahanya tutup," katanya.

Ujang menceritakan pemilik lahan RM Kota Sari ini namanya alm Arief Tugiman orang kota kembang Bandung. Tanah ini lalu disewakan kepada pengusaha Minang bernama Pak H Iyus.

Karena H Iyus sudah tak melanjutkan usahanya, akhirnya kontrak dialihkan ke Rusbiantoro dari 2000 sampai tutupnya tahun 2015.

Rusbiantoro, kata Ujang, merupakan pengurus jasa transportaai PO Timbul Jaya. Karena Rusbiantoro orang jawa maka RM Kota Sari tak menyediakan masakan padang lagi. Akan tetapi menyediakan menu mie ayam, mie baso soto, dan masakan khas Jawa Tengah.

photo
Pengendara melintas di dekat rumah makan yang telah bangkrut di Jalan Raya Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Ahad (2/6).

Ujang menceritakan untuk dapat bertahan dan bisa melebarkan sayap usaha rumah makan, setiap rumah makan harus kerja sama dengan pengusaha bus. RM Kota Sari berjaya karena dipegang Rusbiantoro karena sebagai penanggungjawab PO Timbul Jaya.

Menurut Ujang RM Kota Sari seakan tak bisa dikalahkan oleh situasi apapun, selama PO Timbul Jaya beroprasi. Namun kekuatan itu seakan luluh lantah oleh kebijakan politik nasional melalui pembangunan tol Cipali. "Bangkrutnya sejak ada Tol Cipali aja," katanya.

Ujang menceritakan, bukan hanya di RM Kota Sari aja yang terdampak dari oprasinya Tol Cipali, akan tapi rumah makan di sebelah RM Kota Sari juga bernama RM Trunojoyo dan ratusan rumah makan di jalur Pantura juga bangkrut.

Ujanga mengaku tak percaya tempatnya mengais rezeki akan menjadi bangunan tak berfungsi, dan menjadi semak belukar seperti sekarang ini bangun yang tadinya megah, kini tinggal menunggu runtuh ditimbu debu.

Ujang seakan tak kuasa menahan air mata saat menceritakan pemilik rumah makan ini membagi-bagikan alat-alat dapur dan properti rumah makan. Mulai dari kursi, meja makan, televisi, sofa dibagikan kepada kariawannya sebagai pesangon.  "Iya termasuk kursi yang saya duduki peninggalan rumah makan," katanya.

Saat ini Ujang tetap setia menunggu bangunan bekas RM Kota Sari itu.  Sebagai pengganti pendapatanya yang hilang dari rumah makan, Ujang membuka jasa tambal ban 24 jam.

Ujang memastikan ketika masih aktif sebagai petugas kemanan, panampilannya diperhatikan, tidak seperti sekarang ini, rambut gondrong, kuku kaki dan tangan hitam tak terawat. "Namanya juga kerja kasar yang kaya gini," katanya.