Qiyamul Lail Pada Akhir Ramadhan di Belahan Bumi Utara

Red: Muhammad Subarkah

Ahad 02 Jun 2019 02:23 WIB

Suasana Ramadhan 2019 di Norwegia Foto: Savitri Icha Khairunnisa Suasana Ramadhan 2019 di Norwegia

Oleh: Savitri Icha Khairunnisa, Perantau Indonesia Tinggal di Norwegia

Membicarakan pergantian malam dan siang di musim panas di bumi belahan utara seperti tak ada habisnya. Apalagi bagi kaum Muslim yang menjalani puasa Ramadhan.

Saya pernah bercerita tentang betapa singkatnya malam di musim panas yakni manakala hari semakin mendekati puncak musim panas di bulan Juni. Bila di tempat lain durasi puasa semakin singkat di akhir Ramadhan, kami di sini justru sebaliknya. Alasan utamanya tentu karena matahari semakin betah bersinar menerangi negeri tempat kami tinggal saat ini.

Sebagai gambaran, kami selesai salat tarawih sekitar jam 23:45. Hari belum sepenuhnya gelap. Masih ada semburat biru muda di cakrawala. Padahal sudah hampir tengah malam. Jam biologi menyuruh kami untuk beristirahat.

Jam 02:30 saya bangun untuk Qiyamul Lail dan menyiapkan sahur. Rasa kantuk belum terbayar tuntas, tapi tetap harus bangun. Tak terbayang kalau sampai terlewat sahur, dan kami harus puasa lebih dari 24 jam. Terkiwir-kiwir itu sudah pasti.


photo
Suasana Maghrib pada pukul 23.15 dan suasana waktu sahur pada pukul 03:45. Malam yang singkat tantangan tersendiri bagi Muslim yang tinggal di belahan bumi utara seperti Norwegia.

Namun meski penuh tantangan, aggap saja ini salah satu bentuk jihad kita untuk menghidupkan malam-malam Ramadhan. 
Selain itu, Nabi yang mulia juga menyerukan bahwa ada berkah yang luar biasa di dalam sahur. Maka sepatutnya kita ikuti sunnah beliau.

Ya, meski tak ada lantunan adzan dari masjid, kami sudah bersyukur bisa mendengarnya melalui aplikasi ponsel. Hari ini subuh dimulai jam 03:45. Dan pemandangannya adalah seperti foto di atas tersebut. Ini Tak jauh beda dari suasana ketika kami selesai tarawih menjelang tengah malam tadi. Hanya warna langit yang sedikit biru. Remang-remang dan tidak pernah sama sekali gelap.

SubhanAllah! Demikian piawainya Allah mengatur pergantian siang dan malam. Terkadang ada perasaan aneh ketika mengakhiri waktu sahur dan bersiap salat subuh, tapi langit sudah mulai terang. Seolah diri ini bangun kesiangan. Padahal memang demikian musim panas di wilayah utara ini. Langit selalu berwarna biru (kecuali kalau mendung tersaput awan). Memaksa tubuh untuk mengatur kembali jadwal metabolisme dan istirahat.

Dan sebentar lagi semua ini akan berakhir. Ritme hidup kami akan kembali normal, meski tak sepenuhnya. Kami tetap harus menunggu hampir tengah malam untuk menjalankan salat maghrib dan isya. Dan kembali bangun sebelum jam 04:00 untuk salat subuh. Harus sigap agar tidak keduluan matahari, atau burung-burung yang sudah sibuk berkicau mencari makan.

Ramadhan kurang beberapa hari lagi. Sudah sesibuk apa kita mengumpulkan amal dan berusaha meraih ridho-Nya?

Terpopuler