Berkah Ramadhan Tampil di Televisi Norwegia

Red: Muhammad Subarkah

Sabtu 01 Jun 2019 05:05 WIB

Menjadi host dadakan untuk tayangan soal buka bersama di televisi Norwegia. Foto: Savitri Icha Khairunnisa Menjadi host dadakan untuk tayangan soal buka bersama di televisi Norwegia.

Oleh: Savitri Icha Khairunnisa, Perantau Indonesia tinggal Haugesund, Norwegia

Ramadhan kali ini terasa berbeda. Bukan masalah durasi puasa yang cukup panjang. Kali ini sepertinya Allah memberi saya kesempatan untuk lebih banyak bercerita pada lingkungan sekitar tentang Ramadhan.

Dimulai dari kegiatan kerja bakti (dugnad) dengan para tetangga beberapa minggu lalu. Waktu itu mereka cukup kaget karena saya dan suami nggak ikut makan waffle yang saya buat.

Kekagetan berubah jadi takjub setelah saya jelaskan tentang kewajiban puasa Ramadhan. Para tetangga yang rata-rata berusia lebih tua itu seolah ingin meyakinkan, kalau kami baik-baik saja sementara mereka makan dan minum di depan kami.


Dan jawaban kami saat itu adalah, kami sudah terbiasa. Di situ saya teringat jargon sebagian masyarakat Indonesia masa kini: "hormatilah yang tidak berpuasa."

Kesempatan kedua adalah ketika saya harus menjelaskan perihal puasa dan sahur yang harus dijalani anak saya, Fatih, saat dia ikutan Camp School tempo hari. Banyak pertanyaan diajukan. Pertanyaan yang didasari rasa ingin tahu.

Alhamdulillah para pengurus Camp School sangat mendukung dan membantu. Fatih bisa puasa dan sahur dengan lancar. Bahkan dua calon teman sekelasnya di SMP nanti, Amar dan Ward, juga ikutan sahur ditemani ibu penjaga malam yang asal Brazil itu.

Kesempatan terakhir datang hari ini. Peluang emas yang terlalu sayang untuk dilewatkan, karena mungkin hanya akan terjadi sekali seumur hidup. 
Cerita singkatnya, saya ditawari oleh seorang jurnalis stasiun TV NRK Rogaland (stasiun TV milik pemerintah Norwegia yang punya kantor penyiaran di tiap provinsi) untuk demo masak, cerita tentang kuliner Indonesia, dan tentang Ramadhan.

Seumur-umur tidak pernah mimpi masuk TV, Gaess! Apalagi TV lokal di Norwegia. Apalagi dengan status saya sebagai pendatang. Mereka tertarik karena apa? 
Ternyata berawal dari perburuan tagar #haugesund di Instagram. Akhirnya ketemu akun saya @ichasavitry.
And the rest was history.

Alhamdulillah syuting di rumah tadi berjalan lancar. Ngelihat mereka icip-icip masakan saya dan bilang enak, plus foto dan mengambil rekaman makanan dari segala sudut tuh rasane piyeee ngono, Gaess? Terharu  is an understatement.

Rasa deg-degan nggak bisa tidur, plus nervous karena harus bicara dalam bahasa Norwegia, akhirnya terbayar lunas. Lega banget.
 Insyaallah acaranya akan tayang dalam 2-3 hari lagi, selagi Ramadhan masih ada.

Bonus dari proses rekaman tadi, mbak jurnalis dan mas kamerawan jadi penasaran dan tertarik mengunjungi masjid untuk meliput shalat Jumat. Alhamdulillah. Semoga semakin banyak yang tahu tentang Islam dan wajah kaum Muslim Haugesund pada umumnya. 
Islam rahmatan lil alamin, insyaallah.

Membayangkan bahwa saya "ditemukan" melalui Instagram, akhirnya jadi makin semangat kan .

Jadi medsos itu isinya tidak melulu negatif, Gaess. Kalau kita jeli dan bijak menggunakannya, insyalah bukan cuma kita sendiri yang merasakan manfaatnyanya, tapi juga orang banyak.

Demikian pelajaran moral nomor lima puluh dua dalam jurus persilatan kehidupan.

Jumat Mubarrak untuk semua!