One Way Berpotensi Sebabkan Penumpukan di Gerbang Tol

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolanda

Jumat 31 May 2019 20:30 WIB

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian (kedua kanan), Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kedua kiri), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kanan) dan Menteri Kesehatan Nila Moeloek (kiri) menyampaikan arahan saat melakukan kunjungan kerja di Pos Terpadu Operasi Ketupat Lodaya, Cikopo, Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (31/5). Foto: Antara/M Ibnu Chazar Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian (kedua kanan), Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kedua kiri), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kanan) dan Menteri Kesehatan Nila Moeloek (kiri) menyampaikan arahan saat melakukan kunjungan kerja di Pos Terpadu Operasi Ketupat Lodaya, Cikopo, Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (31/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BREBES -- Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Tito Karnavian menuturkan, skema one way atau satu arah saat arus mudik bukan tanpa tantangan. Salah satu dampak yang dirasakan dan harus diantisipasi adalah lonjakan tingkat penumpukan kendaraan di pintu tol.

Dalam skema one way arus mudik Lebaran 2019, pintu tol yang dimaksud yaitu Gerbang Tol (GT) Brebes Barat dan GT Brebes Timur. GT Brebes Barat merupakan pintu keluar terakhir bagi kendaraan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur menuju Jakarta. Sedangkan, GT Brebes Timur menjadi pintu masuk dari arah pantura yang ingin melalui tol menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Baca Juga

Tito menjelaskan, untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, ada tiga solusi yang dapat dilakukan oleh pengelola jalan tol. Salah satunya, membuka akses lebih lebar kepada kendaraan yang ingin melakukan transaksi. "Pembukaan pintu tol harus lebih banyak," tuturnya saat konferensi pers di Pos Pantau GT Brebes Barat, Brebes, Jumat (31/5). 

Selain itu, Tito menambahkan, petugas jalan tol juga harus bisa menjemput bola ke pengemudi yang hendak membayar. Upaya ini dilakukan guna mengantisipasi transaksi pembayaran di gerbang tol otomatis (GTO) yang terlalu lama hingga berdampak pada penumpukan kendaraan di GT.

Opsi ketiga, mengarahkan pengemudi ke jalur pantura. Pengelola jalan tol dapat melakukan sosialisasi sejak sebelum masuk pintu tol. "Nanti, mereka dapat masuk lagi di pintu yang akan dibuka," ucap Tito. 

Tito memastikan, skema one way dan contraflow yang diberlakukan merupakan sistem yang dinamis. Skema akan diterapkan sesuai dengan kondisi dan situasi arus pengemudi. Apabila dirasa terlampau padat, dua skema tersebut baru diaplikasikan. 

Kepada pemudik, Tito mengimbau untuk selalu memantau arus lalu lintas menggunakan aplikasi peta di gawai. Apabila aplikasi tersebut menunjukkan kepadatan atau berwarna merah, maka sebaiknya masyarakat menggunakan jalur alternatif. "Atau perjalanannya ditunda dulu, tunggu sampai agak kosong," katanya. 

Sementara itu, Kakorlantas Polri Irjen Refdi Andri memastikan langsung kondisi ruas tol dari Km 70 Tol Cikampek hingga Km 263 Tol Pejagan-Pemalang terpantau lancar. Menurutnya, sampai saat ini, tidak ada persoalan yang berarti dalam pelaksanaan one way dan contraflow

Refdi pun mengimbau kepada para pemudik untuk memanfaatkan waktu mudiknya saat pemberlakuan sistem one way berlangsung. Dengan begitu, perjalanan mudik akan lebih terasa nyaman dan lancar.

Meski demikian, Refdi menambahkan, kecepatan kendaraan saat diberlakukan one way diatur sedemikian rupa demi mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. "Mudah-mudahan masyarakat paham dan dapat memanfaatkan kebijakan dan fasilitas yang disediakan agar mendapat kenyamanan dan pastinya happy saat mudik pada tahun 2019 ini," ucapnya.

Terpopuler