Mudik dengan Motor, Milenial Punya Alasan Tersendiri

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda

Jumat 31 May 2019 13:41 WIB

Pemudik dengan sepeda motor. Foto: Abdan Syakura Pemudik dengan sepeda motor.

REPUBLIKA.CO.ID, PEJAGAN -- Aan Budi tengah bersiap kembali melintasi kerasnya jalur pantai utara saat Republika.co.id menghampirinya. Bersama dengan temannya, Tisna Fauzi, pada tahun ini ia kembali memilih mudik dengan menggunakan kendaraan roda dua.

Aan yang berusia 23 tahun itu mengenakan jaket dan menutupnya rapat-rapat. Sementara Tisna mengenakan penutup dada agar badannya tak terkena angin secara langsung.

Baca Juga

Aan dan Tisna segera menyiapkan motor bersarnya yang masing-masing berwarna kuning dan biru itu, untuk melanjutkan perjalanan mudik. Mereka telah usai beristirahat selama dua jam lamanya di sebuah pom bensin di wilayah Pejagan, Brebes, Jawa Tengah.

Perjalanan Aan menuju Klaten, Jawa Tengah, masih jauh. Dia lebih memilih untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan kembali perjalanan panjang dari Kabupaten Tangerang itu.

“Berangkat mulai pukul empat pagi tadi. Siang ini istirahat selama dua jam,” ujar Aan ditemui di wilayah Pejagan, Kamis (30/5).

Selama lima tahun berturut-turut merantau di Kabupaten Tangerang, Aan sempat menaiki bus selama dua kali dan naik kereta selama satu kali. Aan mengaku memiliki beberapa alasan lebih memilih mudik dengan menggunakan kendaraan roda dua.

Nah, naik motor ini baru dua kali ini. Pertama kali pada tahun kemarin, lalu ini kedua kalinya,” tuturnya.

Alasan pertama adalah Aan khawatir meninggalkan motornya berada di kontrakan. Terlebih, kasus pencurian motor sedang tinggi-tingginya belakangan ini.

Oleh sebab itu, Aan lebih memilih untuk membawanya sebagai kendaraan yang digunakan untuk mudik ke kampung halaman. “Saya was-was kalau meninggalkan motor di kontrakan,” tutur Aan.

Alasan kedua, menurut Aan, ia kerap diledek oleh teman-temannya bila mudik dengan menggunakan bus. Alasan tekanan sosial itulah yang membuat laki-pegawai pabrik di Kabupaten Tangerang itu mengaku pada akhirnya kembali menggunakan motor untuk mudik.

“Kalau nggak naik motor, teman-teman itu rasanya nge-bully, masih muda masak naik bus,” ungkapnya seraya tertawa.

Meskipun demikian, dia juga tetap memperhitungkan mengenai keselamatan saat berkendara.  Aan menuturkan, kondisi perjalanan mudik pada tahun ini lebih cepat dibandingkan tahun lalu.

Pengalamannya tahun lalu, dia berangkat mulai pukul 10 malam dan sampai wilayah Pejagan, Brebes pada pukul 13 siang.  Artinya, perjalanannya tahun lalu menyita waktu hingga 15 jam. Sementara itu, tahun ini untuk sampai pada titik yang sama, ia hanya membutuhkan waktu sembilan jam.

“Saya rasa, sekarang masyarakat dominan lebih memilih naik bus, karena sudah ada tol yang tersambung, dan ada sistem satu lajur,” ungkap dia.

Aan menilai, kondisi jalan Pantura, terutama dari Jakarta hingga Cirebon, sudah lebih baik. Akan tetapi, mulai dari Brebes, masih banyak lubang yang harus diwaspadai.

Aan memilih menjalani perjalanan kali ini dengan santai. Ketika lelah, dia akan berhenti sejenak untuk beristirahat.

Sementara itu, Tisna memiliki alasan yang berbeda soal mudik dengan motor. Laki-laki yang juga berusia 23 tahun itu memutuskan untuk membawa kendaraannya pulang ke rumahnya di Sragen, Jawa Tengah, agar ada kendaraan yang bisa dipakai di kampung halaman.

“Kalau saya lebih ke kebutuhan kendaraan nanti pas di rumah. Jadi nanti ketika di rumah, bisa lebih mudah pergerakannya,” tutur dia.

Terpopuler