REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lonjakan signifikan pemudik yang melalui jalan tol yang telah diprediksi sebelumnya terbukti benar. Sebelumnya, diprediksi sebanyak 40 persen pemudik akan melewati tol, khususnya tol Trans Jawa dan Trans Sumatra.
Menurut Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, ada beberapa hal yang menjadi penyebab banyaknya pemudik yang memilih jalur darat melalui tol pada musim mudik kali ini. Ia menuturkan, harga tiket pesawat yang dirasa mahal dan membubung tinggi membuat banyak pemudik memilih pulang kampung melalui jalan tol. Selain itu, ada semacam euforia dari masyarakat yang ingin menggunakan tol Trans Jawa dan Trans Sumatra. Di samping, jalan tol yang dianggap sebagai jalan alternatif yang aman dan nyaman.
"Ruas jalan tol Jakarta Cikampek (Japek), dalam dua hari mudik, yakni Kamis-Jum'at (30-31/5), nyaris lumpuh. Sepanjang jalan Japek kendaraan bergerak seperti semut saja," kata Tulus, dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Jumat (31/5).
Sementara itu, menurutnya, di area Cikarang Utama pemudik tertahan hingga empat jam. Padahal, sudah dibantu dengan jurus contra flow dan bahkan one-way traffict (arus jalan satu arah).
Meski begitu, masih terjadi kemacetan panjang walau sudah diberlakukan sistem lalu lintas seperti demikian. Berdasar pantauan tim YLKI, khususnya pada Kamis (30/5), ada beberapa penyebab terjadinya kemacetan tersebut.
Tulus menuturkan, terjadi lonjakan volume lalu lintas di ruas Japek, yang menurut Jasa Marga mencapai hingga 159,8 persen. Selanjutnya, terdapat bottle nect seperti di tikungan Cikunir, di mana jalan menikung dan ada titik temu dari ruas JORR dan tol dalam kota.
Sementara itu, kemacetan membuat energi pemudik lumayan terkuras dan mulai capek, khususnya pemudik dari Sumatra. Sehingga saat memasuki rest area, khususnya di km 57, kendaraan melambat ditambah kapasitas rest area yang terbatas.