REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Harian Republika Perwakilan Jawa Barat menggelar acara buka bersama loper dan pengecer koran di Hotel Lingga, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Rabu (29/5). Kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi Harian Republika dengan loper dan pengecer koran.
Salah satu loper, Cucu Koswara menerima apresiasi khusus dari Republika. Pria asal Rancaekek ini mendapat apresiasi atas kinerjanya selama ini.
Perjuangan Koswara untuk menjajakan koran patut diapresiasi. Dibalik kejamnya persaingan media cetak, Koswara justru tetap bertahan bekerja sebagai loper koran sejak tahun 80-an.
"Berangkat dari Rancaekek jam setengah lima pagi, ambil korannya di Cikapundung," kata Koswara kepada Republika.co.id saat acara berlangsung.
Tak ada keluhan yang Koswara berikan saat ditanya mengenai pengabdiannya. Dia hanya bersyukur bisa menjadi bagian dari surat kabar ini.
"Sehari-hari keliling di Jalan Kacapiring, Jalan Sukabumi, sampai Jalan Mangga, sudah biasa," katanya.
Pria berusia 55 tahun ini menjajakan korannya dengan berjalan kaki. Tak jarang dia menyelesaikan pekerjaannya pada siang hari.
Sementara itu, Harian Republika juga memberikan apresiasi pada sopir pengangkut koran, Enjang. Setiap harinya, Enjang menjadi supir untuk mengirimkan koran dari Jakarta ke beberapa titik di Jawa Barat, termasuk Bandung.
"Saya sudah antar Republika dari Republika baru berdiri sampai sekarang, malah duluan saya daripada Republika," kata Enjang.
Tidak ada kata lelah bagi Enjang. Menurut kakek 10 cucu ini, pekerjaannya adalah sesuatu yang krusial. Karena nasib pengecer yang ingin menjajakan Harian Republika ada di tangannya.
Enjang mengaku menikmati pekerjaan ini. Menurutnya, lelahnya dalam bekerja adalah ibadah baginya.
"Ini mah bakat, bakat ku butuh (bakat karena butuh). Alhamdulillah rezeki ada saja, yang penting niatnya," kata Enjang sambil tersenyum lebar.
Kepala Perwakilan Jawa Barat, Rahmat Santosa Basarah menyambut para loper yang hadir sore itu. Dia berterima kasih sekaligus meminta maaf atas perayaan yang digelar sederhana ini.
"Kami sangat menyadari bahwa Bapak Ibu adalah ujung tombak Republika, kalau tidak ada Bapak Ibu, apalah arti Republika," kata pria yang akrab disapa Osa itu.
Republika sadar betul media cetak dan pengecer koran saling membutuhkan satu sama lain. Sehingga, lanjut Osa, kedua belah pihak memiliki keterikatan satu sama lain.