Kemenhub: Hati-hati Beli Tiket Pesawat

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya

Kamis 30 May 2019 09:58 WIB

Harga tiket pesawat masih mahal. Foto: Tim Infografis Republika.co.id Harga tiket pesawat masih mahal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Beberapa waktu belakangan ini, banyak masyarakat yang mengeluhkan harga tiket pesawat yang tidak masuk akal menjelang puncak mudik Lebaran Idul Fitri 1440 H. Sekretaris Direktorat Jendral Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Nur Isnin Istiartono mengatakan masyarakat perlu hati-hati jika membeli tiket pesawat terutama di agen penjualan tiket online.

“Kemarin dari pengawasan tidak ada rute yang melebihi tarif batas atas (TBA). Pas dicek ternyata dia multi rute misal Jakarta-Surabaya ternyata dia belinya tiket Makassar-Bali-Surabaya,” kata Isnin di Gedung Kemenhub, Rabu (29/5).

Baca Juga

Untuk itu, Isnin mengatakan masyarakat perlu mencermati betul detil rute pembelian tiket pesawat apakah penerbangan langsung atau tidak. Sebab, menurutnya tidak mungkin jika maskapai menjual tiket pesawat rute Bandung ke Medan namun mencapai Rp 21 juta.

Jika terdapat harga tiket yang tidak masuk akal dipastikan merupakan rute tidak langsung. “Itu kan namanya muter-muter piknik itu, hati-hati saja. Dicek betul kalau itu nggak layak jangan dibeli,” jelas Isnin.

Untuk itu, Isnin memastikan Kemenhub akan berkoordinai dengan agen perjalanan online yang juga menjual tiket pesawat. Dia mengataka koordinasi tersebut untuk memastikan bagaimana cara untuk menetralisir sistem penjualan tiket secara daring agar tidak mahal karena banyaknya rute transit.

Sebelumnya, Republika mendapatkan informasi dari seseorang yang mengeluhkan adanya harga tiket Jakarta-Padang Garuda Indonesia dijual di agen penjualan tiket daring seharga Rp 6,8 juta. Meski mahal, tiket tersebut pun habis terjual. Padahal Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 106 Tahun 2019 tentang Tarif Batas Atas (TBA) Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri, TBA Jakarta-Padang untuk pesawat jet hanya sekitar Rp 1,4 juta.

Keluhan yang sama juga muncul, masyarakat menemukan penjualan tiket rute Jakarta-Pekanbaru Lion Air mencapai Rp 6,6 juta. Padahal, dalam aturan KM 106 Tahun 2019, TBA rute Jakarta-Pekanbaru hanya sekitar Rp 1,4 juta.

Tak hanya itu saja, Garuda Indonesia pada hari ini (29/5) juga membantah penjualan tiket pesawat Bandung-Medan seharga Rp 21 juta. Garuda juga sudah mengklaim tidak memiliki rute Bandung-Medan namun yang ada hanya Jakarta-Medan dengan harga tiket Rp 2,1 juta dan sudah sesuai aturan TBA.

Corporate Communications Strategic Lion Air Danang Mandala Prihantoro mengatakan harga tiket penerbangan rute Jakarta-Pekanbaru untuk 2 Juni 2019 yang mencapai Rp 6,6 juta ternyata memiliki komposisi dua sektor. Hal tersebut yang membuat harga tiket menuju pekanbaru sangat mahal.

Danang mengatakan komposisi pertama yaitu penerbangan dengan menggunakan Batik Air kelas bisnis dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Bandara Internasional Kualanamu dengan harga sekitar Rp 5,6 juta. Selanjutnya, penerbangan baru dilanjutkan dari Kualanamu ke Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru menggunakan pesawat Lion Air kelas ekonomi Rp 955.300.

Untuk itu, Danang menegaskan Lion Air tidak menjual tiket yang melebihi TBA yang ditentukan pemerintah. “Besaran tarif tiket atau harga jual yang dijalankan sesuai aturan regulator,” kata Danang, Rabu (29/5).

Begitupun juga Garuda Indonesia yang menuturkan tarif tiket yang mahal dalam satu kali perjalanan dimungkinkan karena adanya banyaknya rute transit sebelum menuju kota tujuan. VP Corporate Secretary Garuda Indonesia M Ikhsan Rosan mengatakan harga tiket penerbangan Jakarta-Medan yang dijual Garuda sebesar Rp 2,1 juta sesuai tarif batas atas yang ditetapkan pemerintah.

Sementara yang dikeluhkan sebelumnya yaitu rute Bandung-Medan seharga Rp 21 juta ternyata bukan penerbangan langsung tapi melibatkan banyak kota sebagai transit. “Kota sebagai transit ini yaitu Bandung-Denpasar-Jakarta-Kualanamu dan memutar jauh sehingga harganya menjadi mahal. Bukan penerbangan langsung,” jelas Ikhsan, Rabu (29/5).