REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramadhan mungkin hanya tersisa hitungan hari. Meski begitu, umat Muslim masih bisa mengisi penghujung Ramadhan ini dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat. Salah satunya adalah berhenti merokok.
"Meskipun tinggal sebentar, tetapi bisa jadi titik awal untuk berhenti. Jadi jangan putus asa," ungkap Klinik Berhenti Merokok RSUP Persahabatan dr Feni Fitriani Taufik SpP(K) MpdKed saat dihubungi.
Ramadhan dapat menjadi momen yang tepat untuk berhenti merokok karena selama berpuasa para Muslim perokok 'terlatih' untuk tidak merokok selama belasan jam. Yang diperlukan oleh Muslim perokok adalah motivasi yang kuat untuk berhenti merokok.
Untuk Muslim yang tergolong perokok ringan, Feni menyarankan agar penggunaan rokok langsung dihentikan secara total. Yang dimaksud dengan perokok ringan adalah perokok yang hanya menghisap satu atau dua batang per hari, perokok 'social smoker', perokok yang baru mulai merokok atau perokok muda yang belum terlalu lama merokok.
"Itu sebaiknya berhenti langsung, karena gejala putus nikotinnya biasanya lebih ringan," lanjut Feni.
Seangkan untuk Muslim yang tergolong perokok berat, upaya berhenti merokok bisa dilakukan secara bertahap. Yang tergolong perokok berat adalah perokok yang biasa merokok lebih dari satu bungkus per hari dan perokok yang sudah merokok dalam jangka waktu lama.
Perokok berat boleh mulai berhenti merokok secara bertahap agar gejala putus nikotin yang dialami tidak begitu berat. Namun perokok berat yang memiliki tekad kuat untuk berhenti merokok boleh langsung mencoba berhenti merokok secara total.
"Jadi kembali, modal utamanya di motivasi," ungkap Feni.
Gejala putus nikotin merupakan salah satu kendala yang perlu dihadapi oleh perokok ketika berusaha berhenti merokok. Gejala putus nikotin bisa dimulai dari munculnya rasa ingin merokok kembali, pusing hingga sulit berkonsentrasi. Beberapa gejala lainnya adalah rasa tidak nyaman di perut, sulit tidur dan suasana hati yang kurang baik.
Akan tetapi, momen Ramadhan dapat membantu perokok untuk lebih sabar dalam menghadapi gejala-gejala ini. Alasannya, tiap individu yang berpuasa diharuskan untuk menahan segala hawa nafsu termasuk emosi negatif.
"Dengan momen Ramadhan ini, gejala-gejala emosi yang muncul karena gejala putus nikotin itu bisa ditahan," tutur Feni.
Gejala putus nikotin muncul ketika perokok tak lagi mendapatkan nikotin dari rokok seperti biasanya. Seperti diketahui, nikotin merupakan zat paling adiktif ketiga di dunia setelah heroin dan kokain.
Lebih lanjut, Sekretaris Jendral Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlang Samoedra SpP FiSR mengingatkan perokok untuk menghindari penggunaan rokok elektrik atau vape ketika berusaha berhenti merokok. Erlang mengatakan vape bukan jalan keluar yang bisa membantu perokok berhenti merokok karena masih mengandung nikotin.
"Kita mau melepaskan pecandu rokok atau pecandu nikotin dari nikotinnya, bukan hanya rokoknya saja," terang Erlang di Rumah PDPI, Jakarta.
Erlang mengatakan ketika keinginan merokok muncul, ada beberap hal yang bisa dilakukan oleh perokok. Salah satunya adalah mengalihkan pikiran dengan berolahraga.
Erlang mengatakan nikotin dari tembakau rokok dapat merangsang dopamin di otak meningkat. Olahraga, lanjut Erlang dapat memberi efek yang sama yaitu menaikkan dopamin.
"Jadi itu bisa menggantikan rokoknya, salah satu cara berhenti merokok," tukas Erlang.