Hikmah Ramadhan: Puasa Ajarkan Kedisiplinan Waktu

Red: Nashih Nashrullah

Rabu 29 May 2019 23:42 WIB

KH Cholil Nafis Foto: Dok Istimewa KH Cholil Nafis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Puasa Ramadhan mengajarkan kedisiplinan dan menghargai waktu. Kedispilinan terhadap waktu itulah kunci dari kemajuan peradaban Islam sepanjang masa. 

Pesan ini disampaikan Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis, saat berceramah dalam buka puasa bersama pimpinan Badan Intelijen Negara (BIN), di Jakarta, Rabu (29/5).  

Baca Juga

Cholil menyebutkan, kedisplinan selama puasa itu terlihat saat penyiapan hidangan makanan jelang berbuka atau ketika sahur, jadwal tarawih yang tepat waktu, hingga menunaikan shalat Shubuh berjamaah. 

Dia berkeyakinan jika umat Islam sedemikan disiplin, seluruh dunia Islam akan maju. “Sebab tanda-tanda negara maju adalah yang menghargai waktu dan berkerja tepat waktu,” kata dia.        

Cholil mengatakan, buka puasa bersama di Indonesia adalah akomodasi keagamaan dengan kearifan lokal. Berbuka puasa bersama menjadi sarana silaturahim utk mengeratkan hubungan persaudaraan dan persatuan. 

Tak sedikit ritual buka puasa dihadiri non-Muslim, baik juga terjadi dalam acara buka puasa kenegaraan atau pertemanan. Tak jarang juga dalam acara buka bersama hadir perwakilan dari negara sahabat. 

“Saat acara buka bersama dapat dihadiri dan bahkan mengundang orang yg tak berpuasa sekalipun, namun ikut bersama berbuka puasa dalam rangka mengikat tali persaudaraan se bangsa dan se Tanah Air,” kata dia.  

Karena itu, menurut Cholil, puasa diwajibkan sejak nabi-nabi terdahulu meskipun dengan format yang berbeda. Intinya puasa itu latihan bagaimana seseorang mau melepas ego, amarah, dan kebenciannya menjadi cinta antara sesama. 

“Makanya, saat seseorang berpuasa tak boleh melayani kemarahan dirinya dan orang lain, dan cukup berikrar bahwa dirinya dlm keadaan berpuasa,” tutur dia.     

Dalam kesempatan yang sama, Cholil juga menekankan bahwa puasa mengajarkan empati persatuan sebab ketakwaan mampu mengelola emosi agar terjaga dari kemarahan.   “Teman-teman yang bekerja untuk negara, TNI Polri yang membela kemaslahatan orang banyak kemudian meninggal   di jalan Allah, sejatinya mereka adalah syahid,” tutur dia. 

Dia meminta jangan dipisahkan mengabdi dalam agama dan negara sebab tugas negara adalah ibadah. “Marilah kita berimsak menahan diri jaga persatuan Indonesia, jangan sampai hal remeh temeh dibesar-besarkan,” tutur dia.