Musim Kemarau, BMKG Ingatkan Pemudik Waspadai Dehidrasi

Red: Andri Saubani

Selasa 28 May 2019 21:45 WIB

Pemudik dan kendaraan memasuki KMP Satya Kencana di Pelabuhan Jangkar, Situbondo, Jawa Timur, Selasa (28/5/2019). Foto: Antara/Seno Pemudik dan kendaraan memasuki KMP Satya Kencana di Pelabuhan Jangkar, Situbondo, Jawa Timur, Selasa (28/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat yang akan mudik Lebaran untuk mewasdapadai terjadinya dehidrasi. Alasannya, saat ini sudah memasuki musim kemarau.

"Yang kami khawatirkan adalah dehidrasi karena suhu udara bisa mencapai lebih dari 30 derajat Celcius. Beberapa hari lalu saja mencapai 34 derajat Celcius padahal belum puncak kemarau," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Selasa (28/5).

Selain dehidrasi yang perlu diwaspadai debu dan udara kotor yang naik ke atas karena kemarau sehingga bisa mengganggu jarak pandang dan juga bisa menyebabkan infeksi saluran pernapasan. Selain itu, juga perlu diwaspadai adanya risiko mudah terbakar akibat kekeringan sehingga perlu diingat untuk tidak membuang puntung rokok sembarangan, terutama di daerah jalur mudik.

"Tapi ini sudah masuk musimnya jadi kekhawatiran akan dehidrasi ini perlu diantisipasi mungkin di tempat istirahat perlu cukup adanya ketersediaan air, atau bawa bekal air sendiri dan juga debu ini bisa menyebabkan ISPA. Kita perlu antisipasi potensi meski ini masih awal musim kemarau," katanya.

Pada akhir Mei memasuki Juni bersamaan dengan arus mudik Lebaran berlangsung, sebagian besar wilayah Indonesian sudah memasuki musim kemarau. Wilayah yang sudah memasuki musim kemarau tersebut yaitu Sumatera Barat, Bengkulu, Palembang, Lampung, sebagian Jawa bagian tengah memanjang dari perbatasan Jawa Barat, Jawa Tengah sampai perbatasan Jawa Timur.

Namun, lanjut Dwikorita, masih ada beberapa zona tertentu seperti Maluku, Papua di sekitar Puncak Jayawijaya, Papua Barat bagian tengah curah hujan masih cukup tinggi. Bahkan dari analisis BMKG di daerah-daerah tersebut masih berpotensi banjir. Begitu juga dengan sebagian Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan sebagian Sulawesi Utara sehingga masih ada potensi banjir dan longsor.