REPUBLIKA.CO.ID, PASIRJAMBU -- Ustaz Erick Yusuf menjadi salah satu pemateri dalam kegiatan Pesantren Jurnalistik Republika di Kampung Pago, Kabupaten Bandung. Mengisi materi tentang motivasi, ia menyebut kegiatan yang digagas Republika sangat bagus. Sebab memadukan sisi jurnalistik dengan sikap religiusitas.
"Pesantren Jurnalistik ini bagus sekali, anak-anak diberikan skill penulisan dan skill pengumpulan berita tapi dilandasi pesantren. Artinya spiritualnya ada," ujarnya seusai memberikan pemaparan kepada peserta, Sabtu (25/5).
Dengan begitu, menurutnya hasil akhir berita yang dicari adalah hal yang baik dan membawa manfaat. Jika tidak terdapat nilai religiusitas dalam penulisan sebuah berita, katanya penulisan yang dibuat hanya akan menghamba pada rating dan urusan menghasilkan uang.
"Kalau tidak ada nilai religius dalam penulisan, bisa jadi menimbulkan permusuhan dan kebencian," katanya.
Dirinya mendorong agar kegiatan Pesantren Jurnalistik bisa dirutinkan dan lebih mengundang banyak peserta. Selain itu, penyelenggara bisa menggandeng pemerintah untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan diharapkan bisa menjadi prototipe.
Selain mendapatkan skill menulis dan memahami kaidah jurnalistik yang benar, Ustaz Erick Yusuf berharap para peserta memperoleh sisi spiritualitas. Dimana, adil dan proposional dalam menempatkan tulisan dan membawa kebermanfaatan untuk orang lain.
"Harapan kita, (peserta) menjadi generasi qurani, lebih baik dan membawa kedamaian," katanya. Meski ke depan, mereka tidak berkecimpung di dunia media. Namun pemahaman yang mereka dapatkan akan bermanfaat kelak nanti.
Terkait berita hoaks, terdapat dua hal yang harus dilakukan untuk memberantasnya. Secara internal menurutnya, pembuat tulisan jangan menulis dengan data yang tidak akurat. Sehingga berdampak kepada pembaca yang menginterpretasikan secara buruk terhadap tulisan.
"Walaupun tulisannya, niatannya tidak buruk tapi karena judulnya membawa kontroversi atau sesuatu yang buruk. Jangan-jangan kita menjadi pembuat hoaks," katanya.
Dirinya menambahkan, jika mendapatkan kabar atau informasi maka harus diklarifikasi terlebih dahulu dan disandarkan (dibandingkan) dengan lainnya. "Kalau mendapatkan sesuatu (berita), kita seperti belajar hadits melihat apakah dia sohih, hasan, doif dan maudu. Maka tabayun dan disandarkan dengan yang lainnya. Ini penangkal hoaks," katanya.
Selain niat awal untuk apa menulis, ia mengatakan sisi religiusitas dan spiritualitas penting dimiliki. Selain itu, harus bermanfaat. "Jadi jurnalis yang bermanfaat, tidak menjadi pengadu domba. Tulisan ini bisa menghancurkan bangsa tapi bisa merekatkan keutuhan bangsa," katanya.