REPUBLIKA.CO.ID,BMH, KENDARI -- Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dan Bank Sultra pada Ramadhan 1440 H ini kembali sinergi dalam Program Belanja Bersama Kaum Dhuafa. Program ini memberikan kesempatan langsung kepada anak-anak yatim dan dhuafa untuk berbelanja di pusat perbelanjaan.
Sebanyak 65 anak yang terdiri dari santri penghafal Quran, anak yatim-dhuafa dan warga binaan dai tangguh BMH diajak berbelanja kebutuhan Ramadhan bersama-sama di Hypermart Kendari, Rabu (22/5).
Kepala Perwakilan BMH Sultra, Fatahillah mengatakan, kegiatan ini merupakan sinergi BMH dengan Bank Sultra untuk memberikan kebahagiaan sekaligus edukasi menggunakan uang kepada anak-anak yatim dan dhuafa.
“Program ini terlaksana berkat kerja sama BMH dan Bank Sultra dan didukung oleh Harian Kendari Pos sebagai media partner. Alhamdulillah, kegiatan ini sebenarnya rutin dari BMH. Tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada mereka, supaya anak-anak bisa belanja keperluannya sekaligus bermain. Anak-anak juga diberikan bimbingan bagaimana berbelanja, sehingga uang yang telah disediakan dapat mereka hemat bahkan dapat ditabung,” ungkapnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (23/5).
Ia menambahkan, anak-anak pun terlihat bahagia. Bagi mereka, datang ke pusat perbelanjaan bukanlah hal yang biasa. Maka ada kesan bagi mereka. “Tapi gak semua uang tersebut dipakai beli-beli, ditabung buat hari raya nanti,” ucap seorang santri.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bagian Audit Bank Sultra, Eko Andrian mengungkapkan, kegiatan belanja berkah Ramadan kali ini sumber dananya berasal dari zakat maal seluruh karyawan. Pnghasilan karyawan disisipkan sekitar 2,5 persen bagi masyarakat kurang mampu.
“Dalam kegiatan ini, masing-masing anak mendapatkan biaya belanja sebesar Rp 250 ribu. Mereka bisa belanja kebutuhannya,” ujarnya.
Ia menjelaskan, penyaluran zakat maal karyawan Bank Sultra, bukan hanya pada kegiatan ini saja, melainkan disalurkan untuk bantuan pendidikan, seperti di panti asuhan atau pondok pesantren yang menyelenggarakan pendidikan namun terkendala sarana dan prasarana. “Itu menjadi prioritas,” ujarnya.