REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Shamsi Ali (Presiden Nusantara Foundation)
Kali ini secara khusus akan dibahas tentang mukjizat di atas segala kemukjizatan (miracle of all miracles). Kekuatan yang telah menaklukkan berbagai kekuatan yang pernah dan masih diakui oleh manusia. Menaklukkan kehebatan sejarah, kehebatan akal, ilmu dan teknologi. Menaklukkan kehebatan ideologi apa pun yang pernah timbul dipermukaan bumi ini.
Itulah Alquran al-Karim. Kitab yang didalamnya tiada kekurangan, tiada kesalahan, bahkan tak akan menimbulkan keraguan kecuali pada hati-hati yang tidak memilki cahaya. “Inilah Kitab yang tiada keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa” (Alquran).
Kitab yang mengandung Kalam Ilahi, yang bersifat azali (tiada awal dan tiada akhir). Kalam yang tak mengalami perubahan (tabdiil) dan bersifat sempurna (tammah).
Alquran sebagai mukjizat terbesar dalam sejarah peradaban itu turun di bulan Ramadan untuk membawa pula berbagai kemukjizatan. “Bulan Ramadan diturunkan di dalamnya Alquran sebagia petunjuk bagi manusia, dan penjelasan tentang petunjuk dan pembeda (furqan)” (Alquran).
Kemukjizatan Alquran itu meliputi segala aspeknya. Dari tata kata, kalimat hingga kepada kandungan (ajaran) semuanya bersifat mu’jiz atau mengalahkan semua yang lainnya.
Realitas inilah yang kemudian dikuatkan sendiri oleh Alquran dengan tantangan terbuka. “Datangkan sebuah kitab yang sama jika kamu berada dalam kebenaran”.
Mereka gagal, Alquran menguranginya menjadi “sepuluh surah” saja (biasyri shuwar). Tapi sang pembangkang yang mengingkari kebenaran itu masih terus mengingkarinya. Berusaha menandingi Alquran dan gagal walau hanya sepuluh surah.
Alquran kemudian menurunkan tantangan itu: “Dan jika kamu ragu dengan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) maka datangkan satu surah saja yang sama. Bahkan hadirkan semua yang bisa menolongmu jika kamu benar” (Alquran).
Tapi satu surah pun mereka gagal. Namun mereka terus dalam pembangkangan dan pengingkaran.
Pengingkaran dan pembangkangan itu akan terus berlanjut. Bahkan upaya memadamkan cahaya itu akan selalu ada. Tapi pada akhirnya cahaya tak akan pernah hilang. Justru Dia yang yang menjadi Sumber Cahaya itu mengambil tanggung jawab itu untuk meneruskan cahayanya. Walaupun, pastinya ada pihak-pihak yang tidak senang.
“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah. Tapi Allah terus menyempurnakan cahaya itu, walau mereka tidak senang” (Alquran).
Sebagaimana disebutkan bahwa mukjizat Alquran itu mencakup semua aspek. Dari kekuatan nilai ruhiyah (aspek batin), kandungan (isi Kitab) maupun bahasa dari semua segi, semuanya adalah mukjizat.
Jangankan dalam bahasa aslinya, bahasa Arab. Bahkan beberapa kali Alquran tetap terbukti memiliki dimensi kekuatan bahkan dalam bahasa terjemahanny sekalipun.