Puncak Arus Mudik di Sumbar Diprediksi Terjadi pada 31 Mei

Rep: Febrian Fachri/ Red: Hasanul Rizqa

Rabu 22 May 2019 13:57 WIB

Ilustrasi Liburan atau Mudik Foto: Mgrol101 Ilustrasi Liburan atau Mudik

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Heri Noviardi memprediksi, puncak arus mudik di Sumbar akan terjadi pada Jumat (31/5) pekan depan. Prediksi itu disebabkan pada tanggal tersebut masyarakat sudah memulai libur akhir pekan dan berlanjut dengan masa cuti bersama Lebaran.

“Puncak arus mudik di Sumbar tanggal 31 (Mei). Kalau arus balik tanggal 9 (Juni),” kata Heri kepada Republika.co.id, Rabu (22/5).

Baca Juga

Heri menjelaskan untuk musim mudik tahun ini, pemudik lebih banyak pulang kampung ke Sumbar dengan angkutan darat. Untuk transportasi umum saja kata Heri mengalami kenaikan sebanyak 6,6 persen dibandingkan hari-hari biasa. Kemudian juga akan banyak perantau Sumatera Barat yang juga akan mudik dengan kendaraan pribadi.

Dinas Perhubungan  mendapatkan informasi dari Biro Rantau Pemprov, akan ada ribuan kendaraan pribadi yang masuk ke Sumbar. Catatan Biro Rantau Pemprov Sumbar  sampai  kemarin, Selasa (21/5), sudah ada 15 organisasi perantau Minangkabau yang menyelenggarakan mudik bersama.

Mereka tersebar merata, mulai dari yang berbasis di DKI Jakarta, Jawa Barat, hingga Bali. Jumlah organisasi perantau yang akan mudik bersama ini diprediksi terus meningkat.

Heri menjelaskan, Departemen Perhubungan juga menyediakan fasilitas mudik gratis dari Jakarta ke Padang. Ada sebanyak 11 bus dengan kapasitas 38 orang siap melayani peserta mudik gratis ke Kota Padang.

Dengan arus mudik terutama di jalur darat ini meningkat, Dinas Perhubungan Sumbar telah menyiapkan sejumlah antisipasi jalur yang akan ditempuh para perantau.

Dishub kata Heri ingin memastikan jalur mudik di Sumbar akan aman sehingga para perantau dapat berkumpul dengan keluarga di kampung halaman menikmati momen Idul Fitri. Heri juga menyinggung mengenai penurunan jumlah pemudik dengan transportasi udara.

Penyebabnya tidak lain karena kenaikan harga tiket pesawat sejak akhir 2018 lalu. Terlebih pada musim mudik ini, tiket pesawat sulit dijangkau oleh perantau terutama kelas menengah ke bawah.

“Karena sepi pemudik lewat jalur darat, maskapai yang memberikan extra flight juga hanya satu. Yakni Batik Air,” ujar Heri.