Avenger, Ibnu Batutah: Ramadhan Tularkan Virus Kebaikan

Red: Muhammad Subarkah

Senin 20 May 2019 02:47 WIB

Generasi milineal peserta pesantren kilat. Foto: Uttiek M Panju Astuti Generasi milineal peserta pesantren kilat.

TULARKAN VIRUS KEBAIKAN

“Avengers…. Iron Man…” teriak anak-anak itu ribut.
Di slide pertama, ada 3 gambar dan semunya bisa menebak dengan cepat: Iron Man, Dilan dan aktor drama Korea Song Jong ki.

Hanya ada satu anak yang tidak tahu Avengers. Padanya saya berikan hadiah cokelat untuk buka puasa nanti.

Slide kedua. Saya tadinya sangat pesimis tidak ada yang bisa menjawab. “Muhammad Al Fatih…. Salahuddin Al Ayyubi… Ibnu Sina penulis kitab Al-Qanun fi ath-Thib.” Alhamdulillah. Ada yang bisa menjawab juga, meski hanya segelintir anak.

Hanya satu yang tidak terjawab. Tidak ada yang tahu siapa itu Ibn Bathutah. Pengelana Muslim yang menjelajah dunia sejauh 120.000 km selama 28 tahun hidupnya.

Materi itu saya gunakan untuk membuka sharing Dakwah Milenial: Tularkan Virus Kebaikan di Masjid Baiturrahman, Bintaro (19/5).

photo
Pesantren kilat di Masjid Bintaro.

Sudah lama saya tergelitik dengan asupan informasi yang diterima oleh Gen Z (generasi yang lahir setelah 1995) ini. Apa yang terjadi? Sampai-sampai mereka dilabel sebagai generasi micin.

Sebagai orang media, saya paham betul bagaimana sebuah informasi itu bergulir. Dikenal lah istilah asupan informasi (feeding information). Informasi tak ubahnya makanan untuk tubuh. Semua asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh akan diolah untuk diubah menjadi energi.

Sumber asupan yang baik akan membuat tubuh sehat. Sebaliknya, junk food, makanan berlemak, kolesterol, akan ditumpuk dan menjadi sumber penyakit.

Asupan informasi yang sehat akan diolah otak untuk penghasilkan pikiran dan tindakan yang positif. Sebaliknya, asupan yang enggak-enggak, akan membentuk perilaku yang sama buruknya.

Di tengah derasnya arus informasi, banyak orang yang terjebak “banjir bandang” ini dan tak bisa menyelamatkan diri. Korban terbesar adalah para remaja. Anak baru gede yang rasa penasarannya terkadang mengalahkan logika.

Semua informasi diserap tanpa sempat memilah. Atau tidak ada yang mengajarinya memilah. Akibat asupan informasi yang salah maka munculah perilaku memberontak, agresif, bahkan destruktif.

Apakah semua seperti itu? Ya tentu saja tidak. Banyak juga yang bisa “selamat”.

Tapi bila sudah terlanjur, apa yang harus dilakukan? Pertama adalah diet informasi. Caranya, dengan memberikan asupan informasi yang sehat melalui pengkondisian.

Ini yang tadi pagi saya sharing. Bagaimana para remaja ini dikondisikan untuk membuat konten-konten positif dan menebarkan virus kebaikan.

photo
Generasi milenial berdiskusi tentang agama di Pesantren Kilat Ramadhan.

Sebenarnya tidak sulit. Karena di usia mereka, ada kebutuhan untuk eksis yang dominan. Posting konten di sosial media adalah salah satu cara untuk menunjukkannya.

Namun yang harus diingat, asupan informasi yang diberikan pada mereka sangat penting. Bagaimana mungkin bisa menuliskan tentang ghirah Islam, kalau tak pernah dikenalkan pada sosok seperti Muhammad Al Fatih atau Shalahuddin Al Ayyubi?

Bagaimana mungkin akan menuliskan tentang pentingnya makanan halal, kalau di lingkungannya sangat permisif akan hal itu. Sepanjang tak ada tulisan babi, maka boleh dimakan.

Jadi, ada korelasi yang sangat erat antara informasi yang diterima dengan perilaku yang salah satunya ditunjukkan melalui unggahan-unggahan mereka.

Bulan Ramadhan adalah momen yang tepat. Karena parade kesalehan terlihat jelas di depan mata. Semua akan tertular semangatnya.

Yuk, unggah konten-konten positif setiap hari dan tularkan virus kebaikan!

Follow me on IG @uttiek.herlambang

Tulisan dan foto-foto ini telah dipublikasikan di www.uttiek.blogspot.com dan akun media sosial @uttiek_mpanjiastuti

 

 

Terpopuler