Jateng Pastikan Kesiapan Jalur Alternatif untuk Pemudik

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Nidia Zuraya

Ahad 19 May 2019 09:12 WIB

Pekerja menyelesaikan pengecatan pembatas jalan jalur Pantura Demak-Kudus, Jawa Tengah, Jumat (17/5/2019). Foto: Antara/Yusuf Nugroho Pekerja menyelesaikan pengecatan pembatas jalan jalur Pantura Demak-Kudus, Jawa Tengah, Jumat (17/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Prediksi pertambahan jumlah pemudik yang bakal menggunakan transportasi jalur darat terus diantisipasi oleh daerah. Di Jawa Tengah, Gubernur Ganjar Pranowo meminta perbaikan maupun pemenuhan sarana prasarana pendukung di sejumlah jalur alternatif di daerahnya untuk  disegerakan.

"Saya minta bupati/ wali kota ikut nyengkuyung bareng- bareng, agar jalur alternatif ini benar- benar siap sebelum H+10 Idul Fitri," ungkapnya, di Semarang, Ahad (19/5).

Baca Juga

Gubernur sendiri sudah melakukan pengecekan langsung di lapangan, guna memastikan kesiapan beberapa ruas jalur alternatif yang ada di wilayahnya. Pada Sabtu (18/5) kemarin, pengecekan dilakukan untuk jalur alternatif Semarang - Magelang melalui Salatiga dan Kopeng, Kabupaten Semarang, dengan mengendarai sepeda motor.

Rombongan gubernur berangkat dari kediaman di Puri Gedeh pukul 14.30 WIB dengan rute Semarang- Ungaran-  Salatiga- Kopeng hingga tiba di Magelang pada pukul 16.00 WIB. Menurutnya, jalur alternatif Semarang- Magelang tersebut sudah siap digunakan meskipun memang masih ada beberapa perbaikan kecil di sejumlah titik.

"Tetapi saya bisa memastikan jalur alternatif ini sudah siap untuk dilalui para pemudik pada saat arus mudik maupun arus balik nanti," kata Ganjar.

Ia juga mengatakan, sejumlah rambu sudah dipasang, termasuk penerangan juga cukup dan pemasangan 'mata kucing' juga dilakukan di jalur- jalur darurat. "Secara umum jalur alternatif ini udah bagus, semoga bisa dimanfaatkan oleh pemudik untuk menjadi alternatif jika terjadi kemacetan di jalur utama," tandasnya.

Ganjar juga menegaskan, tidak hanya jalur alternatif Semarang- Magelang, semua jalur alternatif di Jawa Tengah sudah siap digunakan untuk menyambut para pemudik. Ia juga sudah memerintahkan para bupati/ wali kota yang wilayahnya dilalui jalur alternatif tersebut untuk ikut membantu melakukan percepatan penyiapan.

Apabila ada lubang- lubang kecil, agar secepatnya dilakukanbpenambalan terlebih dahulu pun demikian jika di ruas jalur alternatif tersebut ada titik- titik darurat dan membutuhkan penerangan. "Saya perintahkan untuk dipasang rambu- rambu peringatan yang jelas serta penerangan portable, agar aman jika dilalui pada malam hari," tegasnya.

Tak hanya itu, semua rekanan yang hingga saat ini masih bekerja untuk menghentikan semua aktivitas pekerjaan perbaikan jalan pada H-10 Idul Fitri nanti. Maka di waktu yang tersisa sebelum H-10, agar dilakukan percepatan-percepatan pekerjaannya, agar tidak mengganggu saat jalur alternatif ini dimanfaatkan para pemudik.

Pemerintah daerah dengan pemangku kepentingannya juga diminta mengantisipasi titik- titik rawan kecelakaan serta rawan kemacetan jalan. Sejumlah tikungan yang rawan terjadi kecelakaan, pasar kaget, antrean di SPBU harus diatur dengan baik untuk menghindari penumpukan kendaraan.

"Selain itu, sejumlah pintu- pintu keluar tol juga harus mendapat perhatian khusus, mengingat jumlah pemudik yang akan menggunakan jalur tol diprediksi juga neningkat," tambahnya.

Hal ini diamini oleh Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jawa Tengah, Satriyo Hidayat, yang dikonfirmasi terpisah. Menurutnya, jumlah pemudik lebaran tahun 2019 ini diperkirakan akan meningkat 16 persen dari tahun sebelumnya, dengan prediksi sekitar 8,6 juta pemudik.

Puncak arus mudik tahun ini diprediksi terjadi pada H-5 atau pada hari Jumat (31/5). Dari jumlah itu, sebanyak 5,6 juta adalah pemudik menggunakan mobil pribadi.

Para pengguna mobil pribadi akan memilih jalur tol dibanding jalur utama jalan nasional di wilayah pantura Jawa Barat mauoun pantura Jawa Tengah.

“Dari 5,6 juta mobil itu, diprediksikan akan menggunakan jalan tol sebanyak 40 persen. Ini data dari Litbang Kementerian Perhubungan, sehingga harus dilakukan antisipasi,” katanya.

Selain kemacetan di pintu- pintu tol dan exit tol, lanjut Satriyo, berbagai upaya dilakukan untuk mendukung kelancaran pemudik yang melintas melalui jalan tol Trans Jawa pada mudik tahun ini. Salah satunya adalah dengan penyediaan akses pengisian bahan bakar minyak (BBM) yang tersebar di sepanjang jalur tol itu.

“Pada arus balik tahun ini, di ruas tol di Jawa Teng sudah tersedia sembilan kios BBM, dua SPBU permanen dan satu SPBU modular," katanya.

Diharapkan dengan keberadaan layanan pengisian BBM itu, pemudik tidak sampai kehabisan bahan bakar saat berkendara di dalam jalan bebas hambatan tersebut. Di sisi lain, lanjutnya, sejumlah jalur alternatif di wilayah Jawa Tengah juga sudah disiapkan dengan baik untuk mengantusipasi lonjakan arus lalu lintas di jalur utama mudik.

Dishub Provinsi Jawa Tengah bahkan sudah berkoordinasi dengan pengelola mauoun penyelenggara jalan tol untuk penambahan rambu- rambu jalan. Rambu-rambu yang biasanya hanya bertulis umum, akan ditambahi informasi jalur alternatif yang dapat dilalui para pemudik jika ruas tol mencapai kepadatan.

Ia mencontohkan, di exit tol Pemalang, beberapa rambu petunjuk jalan telah tambahkan di bawahnya dituliskan tambahan Randudongkal, Belik, Purbalingga serta Purwokerto. "Artinya, ini akan membantu para pengguna jalan tol yang akan mengakses tujuannya jika ruas tol terjadi kepadatan, sekaligus menjadi petunjuk untuk menghindari titik- titik kemacetan jalan non tol,” jelasnya.

Terpopuler