REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ujaran kebencian dapat melahirkan kekerasan, intoleransi, fitnah maupun hoaks. Karena dari kebencian ini pula yang menjadi akar dari sikap dan tindakan radikal terorisme.
Jihad melawan kebencian adalah jalan menuju perdamaian dan persatuan bangsa. Untuk itu masyarakat harus dapat menjadikan Jihad di bulan Ramadhan ini sebagai perang melawan kebencian, hoax, dan propaganda yang dapat memecah-belah persatuan bangsa.
Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Riri Khariroh, MA, mengatakan, momen bulan Ramadan ini adalah momen yang sangat tepat utamanya bagi masyarakat untuk dapat menahan diri dari mengeluarkan ujaran ujaran kebencian baik buat kelompok-kelompok yang berbeda baik pemahaman, pemikiran, pilihan dan sebagainya
“Karena bulan Ramadhan adalah bulan yang harus dipenuhi oleh nasehat-nasehat ataupun oleh perilaku dan juga ucapan maupun tindakan-tindakan yang seharusnya bisa menyebarkan kedamaian, menimbulkan ketenangan di mayarakat dan juga menghargai kelompok-kelompok yang berbeda,” ucap Riri Khariroh di Jakarta, Kamis (16/5).
Dikatakan Riri, tentu akan sangat ironis kalau di bulan Ramadhan ini masih ada orang yang masih saling mencaci-maki antar kelompok yang berbeda. Untuk itulah masyarakat harus bisa memahami bahwa bulan Ramadan ini adalah momen yang sangat tepat untuk berrefleksi, utamanya bagaimana di ruang publik, ujaran kebencian itu harus diminimalisir sebaik mungkin. Karena kalau ujaran kebencian itu masih bertahan di ruang publik, tentu Ramadan ini tidak ada bedanya dengan bulan-bulan yang lain.
“Karena Ramadhan ini adalah bulan yang memang dikhususkan bagi kita semua untuk melakukan refleksi terhadap 11 bulan yang sudah kita lakukan. Sehingga kesucian bulan Ramadan ini tidak boleh kemudian dikotori oleh adanya ujaran kebencian ataupun hasutan hasutan untuk membenci kelompok lain. Saya kira itu penting sekali bagi umat Islam untuk mempraktekkan akhlakul karimah di bulan Ramadan ini,” ujar Riri.
Sebagai pengurus di Komnas Perempuan, Riri juga mengajak kepada kaum perempuan untuk bisa menjadi agen penebar kedamaian usai digelarnya agenda Pemilihan Presiden (Pilpres) lalu. Dirinya tidak memungkiri bahwa dalam Pilpres tersebut keterlibatan kaum perempuan sungguh sangat luar biasa. Karena kaum perempuan sendiri dalam Pilpres tersebut kaum perempuan memang juga digunakan untuk menyebarkan informasi informasi baik disinformasi ataupun misinformasi oleh calon A dan calon B.
“Itu kaum perempuan memang digunakan. Mengapa? Karena memang secara sosial kaum perempuan ini lebih dekat kepada masyarakat, lebih dekat terhadap juga keluarga dan sebagainya. Karena kaum perempuan itu punya potensi untuk menyebarkan maupun mendekati banyak orang agar kemudian bisa memihak terhadap kelompoknya. Perempuan memiliki potensi untuk itu,” ujar alumni Center for International Studies, Universitas Ohio, Amerika ini.