Ramadhan, Bulan untuk Meningkatkan Kualitas Diri

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa

Jumat 17 May 2019 13:36 WIB

Sekretaris Menteri Agama, Khoirul Huda Basyir saat memberikan kultum ba'da shalat Dzuhur di Mushola At-Tarbiyah Kementerian Agama pada Kamis (17/5) Foto: Republika/Fuji Eka Permana Sekretaris Menteri Agama, Khoirul Huda Basyir saat memberikan kultum ba'da shalat Dzuhur di Mushola At-Tarbiyah Kementerian Agama pada Kamis (17/5)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara umat Islam, banyak yang telah menjalani berkali-kali bulan suci Ramadhan sepanjang hidupnya. Karena itu, pada bulan puasa kali ini hendaknya diisi dengan semangat meningkatkan amal ibadah. Dengan begitu, ada peningkatan kualitas diri dibandingkan dengan yang lalu.

Hal itu disampaikan Sekretaris Menteri Agama, Khoirul Huda Basyir, saat memberikan kultum bakda shalat zuhur berjamaah di Musala at-Tarbiyah, Kantor Kementerian Agama Pusat.

Baca Juga

Salah satu tolok ukur peningkatan mutu puasa Ramadhan ialah pengendalian hawa nafsu yang semakin baik. Sebab, berpuasa tidak hanya menahan dari hal-hal yang membatalkan ibadah itu secara fikih, tetapi juga mengontrol perilaku sehari-hari.

"Kita tidak saja berpuasa secara lahiriah dengan tidak makan dan minum, tetapi harus berpuasa secara batiniah dengan menahan mulut, tangan dan anggota badan dari laku yang tidak baik," ujar Khoirul Huda, kemarin.

Ia menjelaskan, Ramadhan dalam bahasa Arab disebut sebagai syahru shiyaam, 'bulan puasa.' Adapun istilah yang sama dalam bahasa Sanskerta disebut poso kepanjangan dari mupus roso. Artinya, orang yang sedang berpuasa harus mampu mengendalikan atau mengelola hawa nafsunya.

Memang, ritual puasa juga dijumpai di kebudayaan Asia Timur, kendati hukumnya tidak mesti selaras dengan tuntunan Alquran dan sunah. Maknanya, umat manusia sudah lama mengenal tradisi menahan makan dan minum seharian.

Khoril meneruskan, inti dari ibadah puasa Ramadhan ialah mengendalikan diri dari berbagai keinginan hawa nafsu yang kadang tak terbendung. Orang yang berpuasa dengan benar akan meningkat derajat ketakwaannya. Alquran pun menegaskan takwa sebagai tujuan akhir berpuasa.

"Substansi tujuan berpuasa adalah agar naik menjadi muttaqin (orang yang bertakwa) dan senantiasa menjaga keimanannya kepada Allah," ujarnya.

Khoirul menyampaikan, ciri-ciri orang yang bertakwa sesuai dengan surah Ali Imran ayat 134. Misalnya, orang yang bertakwa itu menafkahkan hartanya pada jalan kebaikan baik dalam situasi lapang maupun sempit. Ciri lainnya adalah mampu meredam amarahnya.

Menurutnya, orang-orang yang bisa mengendalikan amarah adalah orang-orang sehat. Sebab, mereka akan selalu memandang kehidupan secara tenang dan terkendali. Ciri berikutnya adalah walafiina 'anin nas, menjadi insan yang bisa memberikan maaf pada orang lain.  "Selain akan memberikan kebahagiaan pada diri sendiri, memaafkan akan bisa membahagiakan orang lain," jelasnya.

Terpopuler