Dishub Bekasi Petakan Sembilan Jalur Mudik

Red: Ani Nursalikah

Kamis 16 May 2019 17:03 WIB

Pemudik membetulkan sepeda motor yanh mogok saat melakukan perjalanan mudik di kawasan  Bekasi, Jawa Barat. Foto: Republika/Iman Firmansyah Pemudik membetulkan sepeda motor yanh mogok saat melakukan perjalanan mudik di kawasan Bekasi, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Dinas Perhubungan Kota Bekasi, Jawa Barat mengaku telah memetakan sembilan jalur mudik yang ada di wilayah setempat untuk memastikan kenyamanan pemudik saat pulang menuju kampung halamannya. "Permasalahan di setiap jalur mudik itu berbeda-beda sehingga strategi penanganan yang kami lakukan juga berbeda," kata Kabid Teknik Lantas pada Dinas Perhubungan Kota Bekasi, Johan Budi Gunawan, Kamis (16/5).

Adapun sembilan jalur mudik itu adalah Jalan Sultan Agung, Jalan Jendral Sudirman, Jalan Djuanda, Jalan I Gusti Ngurah Rai, Jalan Ahmad Yani, Jalan KH Noer Ali Kalimalang, Jalan Mayor Hasibuan, Jalan Chairil Anwar, dan Jalan Cut Meutia. Johan mengatakan, dari sembilan ruas jalur mudik itu, Jalan KH Noer Ali Kalimalang paling banyak mendapat permasalahan. Tercatat ada lima persoalan di ruas yang berstatus jalan nasional ini.

Baca Juga

Misalnya kontur jalan bergelombang, kapasitas jalan tidak sama, kemampuan jalan maksimal lima ton, terletak di kawasan perdagangan sehingga berpotensi kemacetan serta pola perjalanan internal kota sangat tinggi. Mengingat di ruas jalan ini terdapat pembangunan tol layang Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), maka perbaikan jalan dilakukan oleh PT Kresna Kusuma Dyandra Marga (KKDM) selaku pemegang konsesi tol tersebut.

"Ada tiga strategi lagi untuk menghadapi persoalan di ruas Kalimalang di antaranya pemasangan rambu, pemasangan pembatas ketinggian di kolong tol JORR dan penyesuaian fase traffic light (TL/lampu lalu lintas)," ujar Johan.

Sedangkan persoalan di Jalan Chairil Anwar seperti kapasitas jalan yang tidak sebanding dengan volume kendaraan, jumlah dan jarak persimpangan relatif dekat. Persoalan inilah yang memicu kemacetan di titik tersebut. "Antisipasi yang dilakukan oleh dinas adalah manajemen lalu lintas satu arah dan penyesuaian fase TL di titik ini," katanya.

Kemudian persoalan di Jalan Djuanda adalah kapasitas jalan dengan volume lalu lintas tidak sebanding. Di sana juga terdapat Stasiun Bekasi yang memiliki tingkat kepadatan penumpang yang sangat tinggi, serta pola perjalanan internal tinggi karena pola ruang sekitar kawasan sekitar terdapat perdagangan dan permukiman.

Lalu untuk Jalan Mayor Hasibuan, persoalan yang dihadapi adalah kapasitas jalannya lebih kecil dibanding volume kendaraan yang mengarah ke timur. Untuk persoalan ini, Dinas Perhubungan memberlakukan tiga strategi di antaranya pemberlakuan satu arah, larangan parkir sembarangan dan penyesuaian fase TL.

Selanjutnya, Jalan Cut Meutia memiliki persoalan jarak antarsimpang relatif dekat. Solusi yang ditawarkan adalah penyesuaian fase TL.

"Kalau untuk Jalan Sudirman dan Jalan Ahmad Yani kita hanya melakukan penyesuaian fase TL saja," ujarnya.

Terakhir, jalur mudik di Jalan I Gusti Ngurah Rai. Jalan yang menjadi penghubung antara Kota Bekasi dengan DKI Jakarta ini mengalami kerusakan, hingga perlu diperbaiki oleh dinas terkait.

Dari sembilan jalur mudik itu, rupanya ada satu jalan lagi yang patut dilakukan antisipasi. Ruas jalan itu berada di Tarum Barat, atau Jalan Cempaka yang menjadi penghubung antara Kota Bekasi dengan Kabupaten Bekasi.

Di sana ada kerusakan jalan, ada tiga simpang yang diatur oleh Pak Ogah dan jarak simpang relatif dekat. Kemudian solusi yang dilakukan adalah perbaikan jalan dan simpang harus diatur oleh petugas.

"Strategi-strategi ini yang kemudian akan kita lakukan agar pemudik yang melintasi Kota Bekasi tidak mengalami hambatan," ujarnya.

Terpopuler