Ramadhan Mulia: Makan Secukupnya Bayar Seridhanya

Red: Muhammad Subarkah

Kamis 16 May 2019 16:53 WIB

Suasana kantin Saridhona Foto: Uttiek M Panji Astuti Suasana kantin Saridhona

Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Traveler dan Penulis Buku

"Tromol Ramadhan yang terkumpul kemarin sebesar seratus juta sekian sekian..."

Sekian belas tahun lalu, sewaktu baru awal-awal menjadi jamaah shalat Tarawih di Masjid Agung Al Azhar, saya sungguh takjub dengan perolehan Zakat Infak Shadaqah (ZIS) harian yang diumumkan sebelum mulai shalat. Jumlahnya menurut saya sangat fantastis.

Makin ke sini, makin sadar bahwa potensi ZIS umat Islam memang luar biasa.

Potensi zakat Indonesia dalam setahun mencapai Rp 217 triliun. Angka ini muncul dalam riset berjudul Economic Estimation and Determinations of Zakat Potential in Indonesia oleh Institut Pertanian Bogor (IPB), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dan Islamic Development Bank (IDB).

Allahu akbar!

Namun, angka capaiannya belum sesuai potensinya.

Tercatat perolehan Baznas sebesar 60 miliar tahun 2018, dan Dompet Dhuafa 94,8 miliar di tahun yang sama.

Kesadaran kelas menengah Muslim yang knowledgeable untuk mengeluarkan ZIS terus menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun.

Survei Inventure (2013) menyebutkan pengeluaran kelas menengah Muslim untuk ZIS mencapai 5,4% dari total pengeluaran bulanan.

Persentase ini tergolong besar, mengingat kewajiban zakat mal hanya sebesar 2,5%.

Maka tepatlah analisa bahwa Muslim di Indonesia, makin makmur, makin pintar, akan makin religius. Seperti yang diungkap Yuswohadi dalam bukunya "Marketing to The Middle Class Muslim".

Kalau zaman saya kecil dulu, pengumpulan maupun distribusi ZIS sangat terbatas, hanya di lingkungan terdekat. Kalaupun sebarannya lebih luas, juga tidak jauh-jauh amat.

Kini tidak lagi. Para muzaki, pemberi zakat, bisa dari mana saja. Dan tidak merasa perlu bertemu langsung dengan mustahik, atau penerima zakatnya.

Lembaga amil zakat modern menawarkan program-program menarik. Dengan berbagai kemudahan pembayaran, membuat parade kesalehan ini kian mudah dilakukan.

Contohnya, secara berkala para muzaki menerima update program dari beberapa lembaga amil zakat yang kredibel ini melalui pesan WA atau email.

Kalau dirasa menarik, tinggal klik dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Dalam hitungan detik uluran kebaikan itu bisa segera didistribusikan pada mereka yang berhak.

Nilainya pun tidak tanggung-tanggung. Dari ratusan ribu hingga ratusan juta. Para muzaki ini sangat percaya amanahnya akan dikelola dengan benar oleh lembaga amil zakat.

Dana yang sudah tertransfer ini dipercayakan sepenuhnya pendistribusiannya. Mau dibawa ke ujung Indonesia atau ke ujung dunia, tidak masalah. Selama memang umat Islam yang menerima manfaatnya.

Seperti itu akadnya. Tidak perlu dipertanyakan, apalagi diusik keikhlasan umat dalam membagi rezeki untuk saudara-saudaranya.

Karena mereka sadar sepenuhnya. Ada bagian orang lain dari setiap tetes rezeki yang diterimanya.

Tak ada batasan geografis. Tercatat Ramadhan tahun ini sebuah lembaga amil zakat merencanakan mengirimkan 10 ton bantuan untuk saudara-saudara kita di Palestine.

Dalam skala yang berbeda, kini marak sedekah Jumat berkah. Pembagian nasi boks, beras, susu atau kebutuhan lainnya yang dibagikan setiap hari Jumat.

photo
Menu di kantin Saridhona

Menariknya lagi, di Bandung ada sebuah eksperimen sosial. Sebuah kantin dengan konsep makan secukupnya, bayar seridhonya digagas oleh Pak Rustam Sumarna dan kawan-kawannya alumni ITB.

Namanya Kantin Saridhona. Didirikan di lingkungan kampus Unpad. Tak tanggung-tanggung, peresmiannya pun dilakukan oleh Rektor Unpad.

Semua orang boleh makan, bayarnya seikhlasnya yang dimasukkan dalam kotak khusus.

Bukan sekadar untung yang dikejar. Melainkan keberkahan yang menyertai yang diharapkan para pemberi donasi. Para muzakinya pun tersebar dari mana-mana.

Bayangkan multilevel efeknya. Donasi makanan seperti ini akan membuat mahasiswa bisa beraktivitas dengan baik. Tak peduli tanggal muda atau saat transferan belum masuk. Mereka tetap terpenuhi kebutuhan pokoknya untuk makan dengan kualitas makanan yang bergizi.

Jika energi dari asupan makanan itu digunakan untuk beribadah dan berbuat kebaikan, pahala yang mengalir pada para muzaki akan berlipat lagi.

MasyaAllah….

photo
Ajakan berbagi dan bersedekah di kantin Saridhona.

Imam al Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumiddin” mengemukakan 3 alasan mengapa wajib berzakat: Pertama, zakat merupakan implementasi kalimat Tauhid yang diucapkan seorang Muslim.

Kedua, zakat membersihkan diri dari sifat kikir. Dan ketiga, sebagai ungkapan syukur atas nikmat Allah.

Seperti tersebut dalam QS Ali Imran: 92. “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

Sejarah mencatat, pada masa Khalifah Umar bin Abd Azis keberkahan yang mengiringi guliran kebaikan seperti ini pernah dituliskan dengan tinta emas.

Periode di mana semua orang sejahtera. Hingga Sang Khalifah kesulitan mencari rakyatnya yang berhak menerima zakat.

Akankan generasi ini menyaksikan masa itu kembali? Biidznillah.

Follow me on IG @uttiek.herlambang

Tulisan dan foto-foto ini telah dipublikasikan di www.uttiek.blogspot.com dan akun media sosial @uttiek_mpanjiastuti

Terpopuler