Menemani Anak Mulai Berpuasa Penuh di Norwegia

Red: Muhammad Subarkah

Kamis 16 May 2019 15:27 WIB

Alfatih, memakai sarung dan belajar puasa penuh di Norwegia Foto: Icha Savitri Chairunisa Alfatih, memakai sarung dan belajar puasa penuh di Norwegia

Oleh: Savitri Icha Khairunnisa, WNI tinggal Di Norwegia

Semalam anak saya, Fatih, pulang sekolah dengan wajah sumringah. Dia menyerahkan daftar nama murid di bakal SMP-nya yang akan dimulai Agustus nanti.

Saya amati nama-nama di situ. Karena disusun berdasarkan abjad, maka nama belakang Alfatih ada di urutan teratas. Tentang ini Fatih senang sekali, karena dia merasa sebagai nomor satu di seantero anak kelas 8 Håvåsen Skole.

Ada Styrk sahabat baik Fatih di daftar itu. Juga Johannes dan Sebastian.

Ada beberapa nama muslim di sana. Amar Hopovac, anak Muslim Bosnia teman sekelas Fatih selama 7 tahun terakhir ini, sekelas lagi.

Tepat di bawah nama Fatih, ada Ward Al-Sudani. Saya seperti kenal dengan nama ini. Ah, tentu saja! Mixi Halal Butcher, toko daging milik orangtua Ward, selalu saya datangi seminggu sekali. Saya dengan Ibrahim dan Umm Ward sudah seperti sahabat baik, lebih dari sekadar penjual dan pembeli.

Saya ceritakan perihal Ward ini pada Fatih. Dia langsung sumringah karena dapat teman sekelas baru yang juga muslim.

Saya teringat pada ucapan Ibrahim, ayah Ward, beberapa waktu lalu. Fatih sempat mewawancarai Ibrahim untuk tugas sekolahnya sekitar dua tahun silam.

"Anakmu pintar dan soleh. Saya ingin sekali Ward kenal dan berteman dengan Fatih, supaya ghirah Islamnya tetap terjaga," tukas Ibrahim.

Waktu itu saya 'amin-kan' ucapannya. Well, ucapan baik itu tanpa disadari adalah doa, kan. Siapa sangka, harapan itu jadi nyata. Allah jadikan Fatih dan Ward teman sekelas. Bukan saja mereka akan kenal, tapi semoga bisa berteman baik seterusnya. Aamiin.

"Ward ini hampir nggak punya teman. Teman sekelasnya di SD yang sekelas lagi di SMP nanti hanya sedikit, itupun bukan sahabatnya. Saya senang Ward bisa sekelas dengan anakmu. Sering-sering ajak Ward belajar dan main, ya," ucap Ibrahim ketika saya belanja di tokonya tadi.

Saya terharu. Ward memang tampak sangat pendiam. Rambut blonde dan wajahnya yang sangat Arab merupakan perpaduan yang unik. Saya senang mendengar cerita Umm Ward tadi, bahwa anak itu mulai berpuasa penuh Ramadhan kali ini. Dan saya tahu dengan waktu puasa 19 jam atau jauh lebih panjang bila dibandingkan Indonesia jelas tantangan berat. Alhamdulillah, dia mulai mampu melewatinya.

Semoga saja ia nanti bisa jadi sobat Fatih si anak Indonesia berambut hitam berkulit cokelat yang suka tersenyum.

Meski tidak ikut sekolah, saya ikutan excited. Suasana sekolah baru memang bikin semangat, deg-degan, sekaligus penasaran, ya. Mengetahui ada teman-teman lama Fatih di kelas baru nanti, ada perasaan tenang bahwa si anak akan mudah menjalani masa transisi dari SD ke SMP.

Terpopuler