REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof H.M. Hembing Wijayakusuma (1940-2011)
Setiap ibadah yang diwajibkan Allah SWT kepada hamba-Nya pasti punya hikmah. Puasa Ramadhan yang berlangsung sebulan lamanya pun tentu demikian. Berhikmah dan makna yang besar faedahnya bagi hamba Allah yang mengerjakannya.
Kita ingat, hadits Nabi yang sangat populer di bulan Ramadhan ini, "Shuumuu tashiihuu" -- Berpuasalah kamu agar kamu menjadi sehat!
Pesan junjungan kita Nabi Muhammad SAW ini mengisyaratkan, di balik ibadah ini, tersembunyi mutiara hikmah bagi kesehatan umat. Nabi SAW tidak menyatakan sehat jiwamu, atau sehat badanmu, atau sehat sosialmu. Karena, arti sehat dalam pernyataan Nabi meliputi semua aspek kehidupan manusia, sangat universal.
Apa makna ibadah puasa jika dipandang dari kacamata kesehatan? Banyak sekali, baik dari segi kesehatan jasmani (fisik), kesehatan rohani (jiwa), dan kesehatan mental.
Dari segi kesehatan rohani, puasa merupakan proses interval perut dengan segala perlengkapannya. Lain dari hari-hari di luar puasa, organ-organ tubuh terutama alat-alat pencernaan bekerja ekstra keras.
Ibarat sebuah mesin yang bekerja terus secara nonstop dapat mengalami aus, yaitu melemahnya organ-organ tertentu dari tubuh. Bila kita hitung jam biologisnya, di luar bulan puasa, alat pencernaan bekerja selama 24 jam. Pada bulan puasa, alat pencernaan memperoleh istirahat enam jam.
Sejak sahur pukul 04:00 WIB, lambung mencerna makanan yang masuk untuk diproses selama empat jam, kemudian diturunkan ke usus kecil. Makanan yang telah diproses diserap untuk diolah jadi darah, kemudian melalui pembuluh darah dan jantung, disuplai ke seluruh tubuh.
Jadi, alat pencernaan istirahat sejak pukul 12:00 WIB sampai waktu berbuka puasa sekitar pukul 18:00 WIB. Selama waktu istirahat itu, kelenjar pasif tidak mengeluarkan asam lambung, sehingga dinding lambung yang luka menjadi kering. Hal inilah yang menyebabkan penyakit maag sembuh.
Dalam ilmu tubuh manusia, semua aktivitas gerak manusia, baik yang dipengaruhi oleh kemauan--seperti makan, minum, berpikir, melihat, mendengar, dan sebagainya--tidak lepas dari serangkaian proses reaksi biokimia.
Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses biokimia ini bekerja di bawah perintah kelenjar hormon. Pekerjaan bermacam-macam hormon, termasuk insulin dan adrenalin yang mengatur rasa lapar, dipandu oleh hormon hipofisis yang terletak pada otak bagian bawah. Ibarat sang maestro, kelenjar hipofisis memimpin sebuah simponi di mana para pemainnya terdiri atas berbagai hormon.
Namun, itu semua kembali kepada iman dan takwa dengan diawali niat. Kalau sudah berniat, kita ikhlas dan rela untuk melaksanakan puasa.
Memang, jika dikaitkan dengan puasa, keikhlasan niat dalam berpuasa akan membawa keseimbangan hormon yang melahirkan sikap batin tenang, damai, senantiasa berserah diri pada Allah. Jalinan erat antara iman dan biokimia tubuh seperti irama musik yang sempurna pada sebuah pagelaran simponi.