Cerita Ustaz Indonesia, Ramadhan di Masjid Korea Selatan

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Hasanul Rizqa

Rabu 15 May 2019 13:26 WIB

Para WNI menghadiri kajian dan buka puasa di Masjid Al Ikhlas di kota Yongin, Korea Selatan. Foto: Dok Istimewa Para WNI menghadiri kajian dan buka puasa di Masjid Al Ikhlas di kota Yongin, Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dai ambassador Dompet Dhuafa yang tinggal di Korea Selatan, Ustaz Hasbullah, menuturkan seluk-beluk kehidupan perantauan Indonesia selama Ramadhan di sana. Dia mengungkapkan, para pekerja Muslim Indonesia rela menempuh perjalanan tiga jam untuk menghadiri kajian akhir pekan di Masjid Al Ikhlas, Kota Yongin.

Mereka juga menginap di dekat masjid tersebut hingga Senin pagi. Bakda subuh berjamaah di Masjid Al Ikhlas, mereka kemudian pamit lalu kembali ke asrama perusahaan tempat mereka bekerja. Begitulah, ketika semangat mencari nafkah berjalan selaras dengan spirit menuntut ilmu-ilmu agama di negeri orang. Momen Ramadhan menjadikan mereka kian tekun.

Baca Juga

Di Masjid Al Ikhlas sendiri, lanjut Ustaz Hasbullah, selama Ramadhan kerap ada kajian rutin. Misalnya, tiap bakda shalat tarawih, shalat subuh, zhuhur, menjelang berbuka puasa khusus Sabtu dan Ahad. Yang hadir cukup banyak dari warga negara Indonesia (WNI) kalangan pekerja.

photo
Para WNI menghadiri kajian dan buka puasa di Masjid Al Ikhlas di kota Yongin, Korea Selatan.

Ustaz Hasbullah lantas mengenang kisah salah satu WNI yang ditemuinya. Putro, demikian namanya, berasal dari Malang, Jawa Timur. Sudah lebih dari tiga tahun dia bekerja di Korea Selatan. Putro pun kerap pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain di Negeri Gingseng. Terkadang, dia mengambil kesempatan arbaito alias kerja paruh waktu demi menambah uang saku.

Sejak datang di Korea Selatan, tutur Ustaz Hasbullah, Putro biasa menghabiskan waktu tiap akhir pekan di masjid. Belakangan, ia lebih betah menghabiskan waktu di Masjid Al Ikhlas.

Memasuki Ramadhan tahun ini, Putro bahkan mengambil cuti kerja. Tujuannya untuk lebih konsen beriktikaf dan membantu para pengurus di masjid tersebut.

Setiap harinya, Putro memasak makanan yang akan disajikan kepada jamaah buka puasa di Masjid Al Ikhlas. Apa-apa yang dilakukannya, menurut Ustaz Hasbullah, diharapkannya meraih ridha Allah SWT. Demikian pula, dia berharap Tuhan memberikan kelapangan bagi almarhum ayahnya di alam sana.

"Saya tidak punya banyak harta untuk saya sumbangkan agar pahalanya saya hadiahkan ke beliau (ayah Putro --Red). Saya juga tidak punya ilmu untuk saya ajarkan agar pahalanya bisa dihibahkan ke bapak. Doa saya juga belum tentu makbul," kata Ustaz Hasbullah menirukan cerita Putro kepadanya.

"Maka saya niatkan pahalanya dihadiahkan untuk almarhum bapak saya. Mudah mudahan, beliau dikaruniakan kenikmatan di alam kubur dan saya termasuk anak yang berbakti," katanya lagi seperti dikutip dari keterangan yang diterima Republika.co.id, Rabu (15/5).

Ustaz Hasbullah merasa takjub mendengar hal itu. Menurutnya, khidmat sahabatnya ini kepada kawan-kawan Muslim lain serta baktinya kepada orang tua begitu tinggi. Ia mengatakan, setiap hari puluhan orang berbuka puasa dari masakan buatan Putra di Masjid Al Ikhlas.

"Siapa saja orang yang memberi menu perbukaan kepada orang yang berpuasa, dia mendapat pahala seperti orang yang berpuasa. Di sini saya datang sebagai dai, tapi justru saya yang harus belajar dari keikhlasan beliau (Putro)," kata Ustaz Hasbullah.

Terpopuler