Semarak Ramadhan, Gerakan Islam Cinta Adakan Pelbagai Acara

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Hasanul Rizqa

Rabu 15 May 2019 07:59 WIB

Ilustrasi Ramadhan Foto: Pixabay Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Salah satu kegiatan Ramadhan yang dihadirkan Gerakan Islam Cinta ialah tadarus baca. Acara ini berpusat di UIN SGD Bandung, Selasa (14/5). Kali ini, buku yang dibahas adalah karya Ayi Yunus Rusyana, Fikih Milenial.

Sesuai judulnya, Fikih Milenial berisi mengenai pedoman apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh umat Islam. Kemudian, gaya tuturnya serta konteks persoalannya berkaitan dengan gaya hidup kaum milenial.

Baca Juga

Misalnya, salah satu bab menjelaskan bagaimana hukum Islam terkait musik. Ayi memaparkan, bagaimana musik justru bisa dibuat sebagai media dakwah. Hal itu sudah dilakukan beberapa musisi di Indonesia. "Bukan hanya melihatnya secara kaidah fikih, tapi juga dengan kritis tanpa melepas ilmu dasar Islam," kata Ayi Yunus Rusyana, Selasa (14/5).

Selain soal musik, buku ini juga menyajikan bagaimana hukum fikih tentang pelbagai persoalan milenial lainnya, seperti jilbab cadar, lukisan, video, dan lain-lain.

 

Ikut Mendorong Minat Baca

Minat baca masyarakat Indonesia cukup rendah. Berdasarkan data Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia menempati peringkat 64 dari 72 negara yang rutin membaca.

Hal itu melatarbelakangi Gerakan Islam Cinta untuk merancang acara bertajuk "Literasi Islam Cinta." Ketua Gerakan Islam Cinta, Eddy Aqdhiwijaya memaparkan bagaimana terbentuknya buku serial Gen Islam Cinta. Sebanyak 20 buku dibuat oleh para penulis dari berbagai macam latar belakang dengan sasaran pembaca milenial.

"Kita punya inisiatif untuk menerbitkan buku-buku populer yang bisa dibaca oleh milenial dan dibawa kemana-mana," kata Eddy di UIN Sunan Gunung Djati, Kota Bandung, Selasa (14/5).

Buku serial Gen Islam Cinta berawal dari bantuan dari Pusat Pengkajian islam dan Masyarakat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Eddy lantas mengumpulkan 20 penulis dengan waktu penggarapan tulisan tiga bulan saja.

Eddy menyebut, 20 buku tersebut dicetak hingga 10 ribu eksemplar. Kemudian, masing-masing dicetak 500 buku per serial. Semua buku lantas diberikan secara gratis kepada pembaca sasaran. "Alhamdulillah dengan berbagai dorongan kami bisa menerbitkan 20 buku yang bisa didapatkan secara gratis," katanya.

Target pembaca adalah kalangan milenial. Karena itu, seluruh isi buku menyinggung berbagai macam tema yang mudah diserap pembaca dari usia milenial. Namun, tidak menutup kemungkinan buku ini bisa diterima oleh semua kalangan. "Kita eksplorasi bagaimana buku bisa terlihat eyecatching dengan desain yang segar dan ringan dibaca. Sehingga isinya pun tidak seperti menggurui," katanya.

Serial buku tersebut dibuat oleh beberapa penulis dari berbagai latar belakang, mulai dari mahasiswa hingga dosen. Di antara judul buku-buku ini adalah Jihad Perempuan Milenial, Hidup Sehat Ala Milenial, dan Akhlak Nge-Medsos. Eddy berharap dengan adanya buku ini tak hanya meningkatkan minat literasi, tetapi juga menebar kebaikan di tengah masyarakat.

"Sehingga mereka mendapat wawasan keislaman yang damai dan menyejukkan sehingga mereka tidak mudah terpapar kekerasan atas nama agama, tidak mudah terpapar gerakan ekstremis. Dengan 20 buku ini bisa menjadikan benteng bagi mereka," katanya.

Membaca tidak hanya dilakukan kala waktu luang. Namun, hal itu memang sebaiknya dibiasakan secara terus-menerus. "Kalau ini sudah dijadikan prinsip hidup, di manapun kita berada pasti buku itu dibawa," kata Eddy.