Cerita Ramadhan di Kampung Melayu

Red: Agung Sasongko

Selasa 14 May 2019 11:30 WIB

Muslim Singapura Foto: AP Muslim Singapura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid-masjid di Singapura saat Ramadhan juga dipenuhi orang-orang yang melaksanakan ibadah Tarawih. Yang menarik, tidak seperti di Indonesia yang jamaahnya usai Tarawih langsung pulang, para jamaah di sana biasanya berbondong-bondong menuju tempat-tempat keramaian usai shalat Tarawih di masjid.

Salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi adalah Geylang Serai, sebuah kampung Melayu yang merupakan replika dari rumah-rumah tradisional Melayu di masa lalu. Selain itu, ada bazar yang dikenal sebagai pasar malam. Di tempat ini, orang-orang bisa membeli karpet baru, pakaian, tas, CD nasyid, serta barang-barang keperluan rumah tangga lainnya.

Berbagai jenis makanan juga dijual di pasar tersebut. Beberapa di antaranya adalah kueh mueh (roti khas Melayu), otah-otah (pasta ikan bakar yang dibungkus dalam daun pisang), kue kering, bakpao, biskuit, dan kari.

Selama Ramadhan, beberapa tempat lain yang juga kerap dipadati warga Muslim adalah Jalan Sultan. Di lokasi tersebut terdapat Masjid Sultan, yakni masjid tertua di Singapura. Keseluruhan tempat tersebut didekorasi oleh lampu-lampu yang terang. Beberapa jenis makanan juga dijual di tempat ini.

Mayoritas Muslim memberi makanan di Geylang Serai atau Jalan Sultan untuk berbuka puasa atau keperluan sahur. Meskipun demikian, terdapat juga orang-orang non-Muslim yang menikmati suasana keramaian di dua tempat tersebut.

Hidangan yang tidak boleh dilewatkan saat Ramadhan di Singapura adalah bubur pencuci mulut. Bubur tersebut dimasak di tiap-tiap masjid untuk hidangan berbuka puasa. Kebanyakan keluarga Muslim di Singapura berbuka puasa dengan memakan bubur terlebih dahulu. Kebiasaan tersebut merupakan simbol syukur kepada Allah SWT.

Persiapan Idul Fitri berlangsung selama Ramadhan. Biasanya, para wanita sibuk menjahit gorden-gorden baru dan membeli pakaian untuk keluarganya. Lima hari sebelum Lebaran, para wanita mulai membuat berbagai jenis kue, seperti kue kelereng dan kue lapis. Selain itu, mereka juga memasak berbagai jenis makanan Melayu, seperti kueh makmur, kueh tar, dan kueh bangkit.

Banyak keluarga mendekorasi ulang rumah mereka agar tampak indah di mata para tamu yang  datang saat Lebaran. Beberapa warga mendekorasi rumah mereka dengan lampu-lampu gemerlapan di jendela-jendela atau di halaman. Beberapa keluarga beranggapan, lampu-lampu tersebut adalah untuk menyambut para malaikat yang datang di saat Lebaran.

Idul Fitri, atau di Singapura dikenal dengan nama Hari Raya Puasa, adalah salah satu hari raya penting umat Islam. Akibat sering diterjemahkan sebagai Hari Perayaan, beberapa orang non-Muslim di Singapura sering kebingungan membedakan Hari Raya Puasa dengan Tahun Baru Islam.

Pakaian tradisional

Orang-orang Melayu Singapura biasanya memakai pakaian-pakaian tradisional saat Lebaran. Para laki-laki mengenakan baju Melayu (baju lengan panjang dengan celana panjang) dan kain samping. Sedangkan, para wanita memakai baju kurung. Biasanya, keluarga-keluarga yang sudah menikah memakai pakaian dengan warna yang sama untuk merepresentasikan persatuan.

Pada sore hari, semua orang berkumpul dengan keluarga dan para kerabat terdekat untuk saling bermaaf-maafan. Kegiatan tersebut selain bertujuan memberi dan meminta maaf, juga untuk memperbarui kehidupan sosial dalam lingkungan bersangkutan.Saat berkunjung, para tamu dan tuan rumah biasanya saling mengucapkan salam dan sapaan "Selamat Hari Raya".

Terdapat berbagai jenis hidangan tradisional pada tiga hari pertama Idul Fitri. Sama seperti di Indonesia, beberapa jenis di antaranya adalah ketupat, lontong, sate, sambal, dan daging rendang. Sedangkan, beberapa lainnya adalah lembang, serunding, dan sambal goreng.

Sama seperti di Indonesia, masyarakat Muslim juga memberi uang yang biasa disebut 'duit raya' kepada anak-anak dan para orang tua. Anak-anak biasanya mencari paket tersebut saat Lebaran.

Terpopuler