Dokter: Diabetesi Sebaiknya Kantongi Permen Saat Puasa

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda

Senin 13 May 2019 16:22 WIB

Permen. Foto: Holiday-velvet.com Permen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berpuasa adalah salah satu rukun Islam ketiga yang wajib dijalani oleh umat Muslim. Namun, apakah berpuasa aman bagi para penyandang diabetes?

Pakar diabetes yang juga dokter spesialis penyakit dalam, Prof Sidartawan Soegondo menyebut para penyandang diabetes masih diperbolehkan untuk berpuasa. Akan tetapi, pelaksanaannya juga harus lebih diperhatikan.

Baca Juga

“Pada dasarnya penyandang diabetes tipe dua diperbolehkan untuk berpuasa, namun mereka juga harus paham mengenai tantangan dan risiko yang dihadapi selama menjalankannya,” kata Sidartawan kepada wartawan, pekan lalu (9/5).

Salah satu risiko yang kemungkinan dihadapi oleh para penyandang diabetes ketika berpuasa adalah hipoglikemia. Kondisi itu terjadi saat tubuh mengalami kekurangan gula.  Menurut Sidartawan, ada beberapa obat diabetes yang memang membuat hipoglikemia, seperti insulin.

"Oleh sebab itu, bagi para penyandang diabetes yang sedang terapi insulin, sebulan sebelum puasa harus dibiasakan pengaturan makan, pengaturan aktivitas, dan pengaturan obat agar tak terjadi hipoglikemia,” jelas dia.

Dia menuturkan ada beberapa gejala hipoglikemia yang dapat dideteksi, yaitu berkeringat dingin sangat deras dan bercucuran hingga baju basah lalu mulai linglung. Bila terjadi hal demikian, dia meminta penyandang diabetes itu langsung membatalkan puasanya.

“Kalau sudah seperti itu, langsung saja batalkan puasanya. Tidak usah periksa dulu,” ujar dia.

Sidartawan menyarankan agar diabetesi membatalkan puasa dengan mendapatkan asupan gula. Makan permen menjadi salah satu solusi praktisnya. Oleh sebab itu, dia menyarankan para penyandang diabetes harus mengantongi permen untuk berjaga-jaga.

Setelah itu, bukan berarti para penyandang diabetes lalu tak berpuasa sama sekali di hari berikutnya. Dia menyarankan mereka untuk mencari penyebab hipoglikemi terlebih dahulu, apakah aktivitas fisik terlalu berat atau kurang asupan energi pada sahur.

“Baru setelah itu diperbaiki dan dilanjutkan lagi puasanya,” tutur dia.

Terpopuler