Mencari Menu Halal untuk Sahur dan Buka di Belanda

Red: Agung Sasongko

Senin 13 May 2019 18:00 WIB

Makanan halal di Belanda. Foto: Dok Ustaz Khumaini Rosadi Makanan halal di Belanda.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: H. Khumaini Rosadi, SQ, M.Pd.I )*

Dari segi Bentuknya, sesuai dengan ajaran agama Islam, umat Islam dilarang makan darah, bangkai, babi, anjing, keturunan dari keduanya (babi dan anjing meskipun bentuknya seperti kambing), binatang buas yang memangsa dengan taring dan kukunya, bangkai, binatang yang disembelih tanpa nama Allah, mati terjepit atau tercekik, dan lain-lain. Dari segi caranya, bisa jadi halal bentuknya tetapi cara mendapatkannya dengan mencuri, maka makanan itu pun jadi haram hukumnya.

Makanan halal di Eropa, terutama di Belanda tidak perlu diragukan. Ternyata banyak pasar-pasar tradisional di Belanda menyediakan makanan halal untuk umat muslim. Daging ayam, kambing, dan sapi berlogo halal yang disembelih dengan syariat Islam oleh orang-orang Turki atau Maroko, tersedia banyak di pasar untuk melengkapi sajian menu takjil berbuka dan sahur di Belanda.

Karena populasi Muslim di Belanda banyak didominasi oleh orang Muslim dan Maroko. Dan sebagian besar dari mereka juga berdagang di pasar-pasar dan restaurant. Jadi bertambah yakin bahwa daging disembelih dengan cara Islam. Halal, alhamdulillah.

Perintah agama kepada umatnya adalah untuk kebaikannya sendiri. Karena agama mengatur serba-serbi kehidupan umat agar selamat dunia dan akhirat. Termasuk masalah makanan. Dalam alquran Allah berfirman: “Dan makanlah rejeki yang Allah berikan itu dengan cara yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya lah kamu beriman”. QS. Al-Maidah/5: 88.

Dari ayat di atas bisa diambil pelajaran bahwa rejeki itu banyak macamnya. Bisa berupa kesehatan. Bisa berupa pemahaman. Bisa berupa kekayaan. Bisa berupa jabatan. Bisa berupa keluarga dan pernikahan.

Dan tentunya sesuai dengan ayat di atas adalah rejeki berupa makanan. Karena makanan yang dikonsumsi seseorang akan berpengaruh besar kepada pemakannya. Dalam istilah bahasa Inggris disebutkan “you are as you eat”, kamu akan menjadi seperti apa yang kamu makan.

Makanan yang halal akan menuntun pelakunya kepada perbuatan baik. Makanan yang haram akan membawa pelakunya hobi melakukan perbuatan dosa. Sehingga dalam kewajiban suami, pun dituntut untuk memberikan rejeki berupa nafkah kepada anak dan istrinya dari sumber yang halal agar dapat mudah membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warohmah.

Tetapi jika diberikan nafkah dari sumber yang haram, maka akan menemukan aral melintang dalam perjalanan biduk rumah tangganya. Dimulai dari makanan, maka semuanya akan berakhir dengan kebaikan. Doa sebelum makan juga mengisyaratkan agar makanan yang masuk ke dalam tubuh adalah makanan yang berkah dan mampu menghindarkan diri dari adzab api neraka. Gara-gara makanan saja ternyata dapat menyeret pelakunya kepada neraka. Sungguh sesuatu yang kelihatannya remeh tetapi sangat berpengaruh kepada iman seseorang.

Pantas ketika seseorang korupsi untuk memenuhi keinginan hawa nafsunya, bisa dipastikan orang itu dalam keadaan tidak beriman. Apabila setelah korupsi atau di saat korupsi itu ia meninggal dunia, maka meninggalnya dalam keadaan su-ul khotimah, meninggal dalam keadaan tidak beriman. Naudzubillah min dzalik. Karena iman sangat malu terhadap kemaksiyatan. Ketika seseorang berbuat maksiat, imannya sedang lari jauh dari dirinya, ibaratnya dia sedang telanjang tidak membawa iman.

Selama Ramadhan, umat Muslim digembeleng untuk menahan makan dan minum dari mulai fajar sampai maghrib adalah sebagai penguatan iman. Seruan iman dari Allah, untuk melakukan kewajiban puasa selama Ramadhan. Sebagaimana ayat-Nya menyebutkan “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagimu untuk berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” Q.S. ak-Baqoroh/2: 183.

)* Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ichsan Bontang, Dai Tidim Jatman,  Dai Ambassador Cordofa