Islam Wasathiyah Bangun Peradaban Umat dan Bangsa

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko

Senin 13 May 2019 13:31 WIB

Ilustrasi Ramadhan Foto: Pixabay Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengkajian Ramadhan Muhammadiyah membahas makna Islam Wasathiyah dan kontekstualisasinya dalam membangun peradaban umat serta bangsa. Islam wasathiyah dinilai telah dipraktikan Rasulullah yang tercermin pada Piagam Madinah.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dadang Kahmad mengatakan, wasathiyah asal katanya dari wasatha yaitu tengahan, moderat atau adil. Maknanya Islam wasathiyah dengan kelompok lain tidak boleh bertengkar meski berbeda, justru harus fastabiqul khairat.

Baca Juga

Menurutnya, Islam wasathiyah dan fastabiqul khairat telah dipraktikan Nabi Muhammad SAW melalui Piagam Madinah yang mengandung 47 pasal. 1500 tahun yang lalu Rasulullah sudah berpikir tentang multikultur.

"Kalau kita bandingkan dengan berbagai pedoman Muhammadiyah, sikap wasathiyah itu sudah tercermin (pada Muhammadiyah)," kata Prof Dadang saat menjadi pembicara dalam Pengkajian Ramadhan Muhammadiyah di Kampus ITB-AD, Ahad (12/5) malam.

Ia menerangkan, ada enam konsep pedoman Muhammadiyah yang selaras dengan Piagam Madinah. Di antaranya masyarakat yang berkhidmat, masyarakat yang pertengahan, dan masyarakat yang satu dalam kebenaran. Kemudian masyarakat yang berorientasi pada nilai-nilai, masyarakat yang selalu membaca ayat-ayat Allah, dan masyarakat yang beriman kepada Allah, bersahaja serta proporsional.

Sementara, Piagam Madinah memiliki delapan karakter. Di antaranya tauhid, persatuan, persaudaraan, persamaan, pengakuan kebhinekaan, toleransi, demokrasi dan hak asasi manusia. Rasulullah juga mengakui keberadaan umat Yahudi dan yang lainnya. Beliau akan tetap santun asalkan mereka tidak zalim dan jahat.

"Jadi (sikap Rasulullah) ini sangat moderat, jadi ada sistem sosial yang saling tolong menolong, seperti bangunan yang saling memperkuat, tidak saling memusuhi," ujarnya.

Prof Dadang menjelaskan, persoalan yang menyangkut kepentingan bersama juga pada waktu itu harus diputuskan secara demokrasi. Hukum berlaku terhadap semua kalangan. Artinya setiap masyarakat dalam sebuah bangsa harus berorientasi pada pembangunan bangsa.

Di Muhammadiyah, masyarakat Islam adalah masyarakat yang bertuhan, beragama, beradab, bermusyawarah dan berkemajuan. Sikap dan perilaku Islam wasathiyah sudah tercantum dalam berbagai pedoman Muhammadiyah. Seperti toleransi, berprinsip pada rasa kemanusiaan dan rasa persaudaraan, berorientasi untuk berbuat baik, dan tidak berorientasi pada pengrusakan.

"Orang Muhammadiyah boleh menganggap diri benar, tetapi kita harus penuh kasih sayang (terhadap orang lain), jangankan menjadi orang benar tetapi malah penuh kebencian," ujarnya

Prof Dadang menerangkan alasan mengapa harus memiliki kasih sayang terhadap orang lain. Sebab warga Muhammadiyah harus mengakui orang lain, menghormati kesetaraan, toleran, saling menghormati sesama manusia, kerjasama, dialog, dan fastabiqul khairat.

Ia menegaskan, aktualisasi wasathiyah adalah menghadirkan kebahagiaan bagi orang lain. Membebaskan penderitaan orang lain. Bahagian dalam kebahagiaan orang lain, dan memperlakukan semuanya dalam kasih yang sama.

Sebagaimana diketahui, Pengkajian Ramadhan Muhammadiyah tahun ini diselenggarakan di Kampus ITB-AD pada 12-14 Mei 2019. Pengkajian yang dihadiri sekitar 800 warga Muhammadiyah ini mengusung tema "Risalah Pencerahan Dalam Kehidupan Keumatan dan Kebangsaan: Tinjauan Ekonomi, Politik dan Sosial Budaya".

Terpopuler