REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —Alquran merupakan wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada umat-Nya. Dalam Alquran terda pat banyak ilmu dan tuntunan dalam hidup yang bila dilaksanakan akan membawa kebaikan. Alquran pun menjadi kitab suci yang terjaga karena dihafal para hafiz.
Wawancara reporter Republika, Zahrotul Oktaviani, dengan Kepala Laznah Pentashihan Alquran Kemenang Dr Muchlis M Hanafi menjabarkan tren tahfiz di Indonesia dan bagaimana menjaga hafalan itu tetap bermakna.
Cara menjaga hafalan dan ilmu membaca Alquran?
Tadi, harus selalu ada murajaah, takrir. Bahkan, dulu pengalaman sa ya selama di pesantren, frekuensi takrir lebih banyak daripada hafal annya. Misal, kita setoran hafalan baru dilakukan pagi, selepas shalat Subuh. Nanti saat pengajian Zhuhur dan Maghrib kepada kiai kita itu mengulang hafalan yang sudah di lakukan pagi hari. Porsi takrir atau murajaah harus lebih besar karena menjaganya ini lebih sulit.
Kita menghafal satu halaman itu tidak sampai satu jam bisa selesai. Tapi, kalau satu atau dua jam lagi disuruh mengulang, bisa jadi sudah lupa karena tidak diulang. Maka nya, harus selalu dijaga dengan mu rajaah atau takrir.
Keutamaan menghafal dan membaca Alquran selama Ramadhan?
Ramadhan ini bulannya Alquran. Bahkan, saya selalu berkata bah wa Alquran ini pengantinnya Ramadhan. Dalam artian, kebaikan yang bertaburan di bulan Rama dhan ini dalam rangka untuk merayakan turunnya Alquran.
Orang menjalankan ibadah berpuasa, mengejar Qiyamul Lail, menahan nafsu, ini dalam rangka memur nikan dan menyucikan jiwa. Jika hati dan jiwa manusia ini sudah tersucikan, selanjutnya, Alquran ini akan meng isinya. Nilai-nilai Alquran ini akan mudah terserap dalam hati yang su ci dengan berbagai amal ibadah saat Ramadhan.
Allah berikan begitu banyak fasilitas di bulan Ramadhan dalam rangka mempersiapkan landasan bagi Alquran. Bulan Ramdhan ada lah bulan yang tepat untuk lebih mendekatkan diri dengan Alquran. Mulai dari membaca, menghafalkan, mentadaburi maknanya.
Sehingga, terjadi internalisasi nilai-nilai Al quran. Ibarat kebun, kebun ini sudah dipersiapkan sebaik mungkin dan layak ditanami. Sudah dicabuti rumputnya, dibajak, dan tinggal di tabur benih kebaikan. Dimasuki nilai-nilai Alquran dan selanjutnya di jaga untuk menunggu menuai ha silnya.