REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu bentuk ibadah yang dijumpai kala Ramadhan adalah berbagi sajian buka puasa. Pihak Jakarta Islamic Centre (JIC) tak ketinggalan menyemarakkan aksi kebaikan ini. Salah satunya lewat promosi gerakan lima bungkus nasi (Gemakusi) sebagai takjil bersama di Masjid JIC setiap maghrib.
Menurut Kepala Badan Managemen JIC, KH Ahmad Shodri, setiap hari jamaah yang berbuka puasa di Masjid JIC cukup banyak. Apalagi, tiap akhir pekan. Jamaah yang hadir lebih ramai daripada hari-hari kerja.
"Untuk itulah pengelola masjid JIC harus menyediakan makanan menu buka puasa yang memadai dan berkualitas. Maka gerakan Gemakusi ini disosialisasikan dan digalakkan" ujar Kiai Ahmad Shodri dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Jumat (10/5).
Gemakusi berawal dari anggapan umum masyarakat Jakarta yakni Masjid JIC adalah milik Pemprov DKI Jakarta. Dengan begitu, kebutuhan yang ada dipandang sudah terpenuhi, termasuk dalam hal penyediaan sajian berbuka bagi Jamaah.
Besarnya harapan itu, lanjut Kiai Ahmad, kadang tak berbanding lurus dengan kenyataan. Yang kerap terjadi, jamuan yang ada tidak dapat mencukupi seluruh jamaah ketika berbuka puasa.
"Dari keadaan tersebut saya berfikir mengapa kita tidak melibatkan masyarakat? dari keaadaan tersebut tercetuslah sebuah ide Gemakusi untuk penyediaan hidangan berbuka bagi jamaah" ujar pencetus Ide gerakan Gemakusi sejak lima tahun yang silam, Muhammad Arif.
Lebih lanjut Ia menyebut tujuannya gerakan ini agar terjadi sinergi antara JIC dan masyarakat dalam penyediaan jamuan berbuka. Agar masyarakat merasa memiliki dan tidak malu untuk memberikan hidangan berbuka sekalipun hanya satu dua bungkus nasi.
Dengan cara itu JIC pun bisa menghadirkan banyak donatur. Prinsip yang dikembangkan Gemakusi adalah melipatgandakan donatur, sekalipun dalam bilangan kecil, karena jika itu mampu dihimpun akan menjadi besar.
Penanggung jawab Gemakusi JIC tahun ini, Umi Nasyita, menyebut gerakan tersebut sudah berjalan selama lima tahun belakangan. Masyarakat juga sudah mulai menyadari dan tergerak untuk ikut menyediakan hidangan berbuka di Masjid JIC. Gerakan ini akan terus ditingkatkan agar warga merasa memiliki masjid.
"Sudah tiga hari ini banyak warga yang mengikuti Gemakusi. Alhamdulillah ada yang membawa 10, 20, 50 box nasi. Bahkan ada pengusaha yang bersedakah 150 box. Tapi memang masih kurang apalagi kalau jamaahnya banyak," ujarnya.
Diungkapkannya, JIC sebenarnya telah menganggarkan menu buka bersama melalui APBD. Namun, jumlahnya cukup terbatas sehingga peran serta warga masih sangat dibutuhkan.
"Saya dan anak-anak setiap hari berbuka di masjid JIC. Lumayan untuk mengurangi beban keluarga. Masalahnya suami saya kerjanya serabutan sedangkan anak saya tiga. Sangat membantu saya dan keluarga bisa berbuka di sini. Lagian masakannya lumayan enak dan kenyang lah," ujar salah satu penerima manfaat, Maesyaroh, yang bertempat tinggal di belakang kompleks Masjid JIC.