Tidak Sahur Berisiko Turunkan Imunitas Tubuh

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari

Jumat 10 May 2019 16:56 WIB

Makan sahur dianjurkan dengan menu bergizi seimbang. Foto: Republika/Yasin Habibi Makan sahur dianjurkan dengan menu bergizi seimbang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat yang berpuasa Ramadhan diminta tetap makan sahur. Melewatkan sahur ternyata bisa menghancurkan kandungan lemak dan protein dalam tubuh hingga menurunkan imunitas (kekebalan).

Dietisien Instalasi Gizi RSCM Triyani Kresnawan mengatakan, banyak masyarakat yang berpuasa sering kali melewatkan sahur dengan berbagai alasan. Mereka memilih makan saat malam hari kemudian langsung berpuasa hingga maghrib keesokan harinya.

Baca Juga

"Padahal, kalau itu dilakukan dalam jangka waktu yang lama maka tidak hanya menghancurkan lemak, melainkan juga protein dan kalau terus terjadi maka berat badan turun, kemudian imunitas juga menurun karena daya tahan tubuh yang berkurang," katanya saat media briefing sehat di bulan puasa, di Kementerian Kesehatan (Kemenkes), di Jakarta, Jumat (10/5).

Ia menjelaskan, kebiasaan ini membuat durasi antara makan malam hingga berbuka puasa jadi sangat panjang. Apalagi zat gizi yang harusnya dicukupi saat makan sahur jadi tidak sesuai kebutuhan.

Alasannya perut masih merasa kenyang saat berbuka puasa dan kembali makan saat malam hari sebelum tidur. Namun, harus melewatkan seharian puasa tanpa sahur.

Jadi, ia menganjurkan masyarakat tetap makan sahur utamanya mendekati waktu imsak. "Kemudian segera berbuka setelah adzan," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Kesehatan Kerja Dan Olahraga Kemenkes Kartini Rustandi menambahkan, makan sahur bisa dilakukan karena menjadi pola pikiri orang yang berpuasa. Karena itu, dia menambahkan, orang yang berpuasa tetapi tidak makan sahur sebenarnya orang yang malas.

"Karena ini perkara pola pikir, ibu-ibu separuh baya saja bisa melakukannya dan menyiapkan makanan untuk anak dan suami. Apalagi makan sahur itu wajib kan," ujarnya.

Terpopuler