Menilik Asal Mula Es Bojong Asal Tasikmalaya

Rep: Bayu Adji P./ Red: Christiyaningsih

Rabu 08 May 2019 15:55 WIB

Es bojong khas Tasikmalaya. Foto: Republika/Bayu Adji P. Es bojong khas Tasikmalaya.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Berbuka puasa di Tasikmalaya jangan sampai melewatkan nikmatnya es bojong. Es bojong adalah es khas Tasikmalaya yang terdiri dari campuran nangka, ketan hitam, kelapa muda, alpukat, nanas, dan cincau yang diguyur kuah santan. Jika mau, es bojong juga menyajikan durian.

Penjual es bojong bernama Yana mengatakan bukan tanpa sebab es campur itu dinamakan es bojong. Menurut dia, es campur itu memang berasal dari Kampung Bojong, Kelurahan Cipedes, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya. Yana merupakan generasi ketiga dari keluarganya yang menjual es bojong. Nama es bojong diambil dari awal tempat es campur itu lahir.

Baca Juga

Menurut pemilik kedai SBY itu, dahulu para penjual es yang berasal dari Kampung Bojong berjualan dengan cara berkeliling dari kampung ke kampung. Karena itu nama es bojong sudah terkenal hampir di seluruh Tasikmalaya. "Dulu saya ikut orang tua dari SMP. Setelah saya menikah, baru buka sendiri," kata dia saat ditemui pada Selasa (7/5).

Menurut dia, saat ini seluruh penjual es bojong di Kota Tasikmalaya masih merupakan saudara. Rata-rata resep es bojong antara penjual satu dengan yang lainnya masih sama hanya cara meraciknya yang berbeda.

"Sebenarnya tidak susah membuatnya. Hanya yang membedakan dengan es campur adalah sirup es bojong merupakan racikan sendiri dan memakai santan," kata lelaki yang dalam sehari bisa menjual sampai 150 gelas es bojong itu.

Berdasarkan pantauan Republika, satu gelas es bojong di Kota Tasik dijual dengan kisaran harga Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu. Di kedai SBY, es bojong berisi campuran buah biasa dihargai Rp 10 ribu. Sedangkan harga es bojong dengan campuran durian dihargai Rp 20 ribu.

Yana mengatakan es bojong lebih nikmat disantap ketika bulan puasa. Menurut dia, saat sebelum atau setelah berbuka, kedainya pasti banyak dikunjungi para pembeli.

Pada masa jaya es bojong sekitar pertengahan era 2000-an, kedai-kedai es bojong bisa buka sampai tengah malam saat Ramadhan. Namun kini dengan semakin banyaknya kedai-kedai lain, para pembeli es bojong pun mulai berkurang.

Kedai SBY milik Yana beroperasi mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Tetapi saat bulan puasa ia baru membuka kedainya pukul 16.00 WIB. "Kalau sekarang yang beli rata-rata orang tua atau untuk anaknya. Remaja mah paling 20 persen. Tapi kalau bulan puasa tetap ramai," kata Yana.

Meski begitu, ia yakin es bojong akan tetap bertahan hingga kapanpun karena es campur itu merupakan khas Tasikmalaya. Bahkan menurut cerita orang tua Yana, es bojong mungkin sudah ada dari zaman Indonesia baru merdeka.