Puasa Ramadhan Instrumen Kontemplasi Spiritual

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko

Rabu 08 May 2019 13:31 WIB

Ramadhan Foto: IST Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibadah puasa Ramadhan merupakan instrumen untuk kontemplasi spiritual dan perbaikan kualitas diri bagi umat Islam. Karena dengan puasa maka fakultas-fakultas spiritual akan berfungsi dengan baik.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama (Kemenag), Kamaruddin Amin saat memberikan Kultum Ba'da Shalat Dzuhur di Mushola At-Tarbiyah lantai VIII Kemenag, Selasa (7/5).

Mengutip Muhammad Jalaluddin Rumi, Kamaruddin mengatakan, fakultas-fakultas spiritual hanya bisa berfungsi jika dilumpuhkan. Karenanya puasa dipandang sebagai instrumen spiritual break, artinya istirahat sejenak bagi tubuh dan jiwa.

"Selama sebelas bulan full kita melaksanakan capaian-capaian duniawi untuk mencari berbagai properti hidup, jabatan, karir dan lain-lain, di bulan suci Ramadhan saatnya kita memperbanyak tafakkur, dzikir, membaca Alquran, dan amaliyah-amaliyah yang dianjurkan," kata Kamaruddin melalui pesan tertulis kepada Republika, Rabu (8/5).

Ia menjelaskan, puasa merupakan sarana efektif kontemplasi dan introspeksi tentang makna ketuhanan, manusia dan alam. Karena hakikat tujuan akhir puasa (ultimate goal) adalah agar manusia mendekatkan diri dengan Tuhan (la'allakum tattaqun).

Dihadapan jamaah, Kamaruddin berpesan agar ibadah puasa mengantarkan pada perbaikan kualitas hidup pegawai Dirjen Pendis Kemenag. Menurutnya, orang akan semakin arif, bijak dan penyayang karena sifat-sifat Tuhan terefleksi dalam dirinya sebagai indikator kualitas ketakwaannya.

"Kita semua sebagai keluarga besar Kementerian Agama harus saling mengingatkan dan berusaha agar kita selalu ingat Tuhan dan menjalankan keutamaan-keutamaan Ramadhan," ujarnya.

Ditjen Pendis juga menyinggung pentingnya fungsi puasa sebagai instrumen untuk menahan dan menjaga diri dari godaan-godaan hidup hedonis yang berlebihan, meraih kekuasaan dengan segala cara dan pragmatisme.

Di akhir ceramah, Kamaruddin berpesan kepada jamaah untuk memanfaatkan kehidupan di Jakarta dengan kreativitas beribadah. Ia mencontohkan, di sela-sela kemacetan arus lalulintas, jamaah bisa memperbanyak membaca Alquran, dzikir dan membaca shalawat.

Terpopuler