Jangan Abaikan Obat-obatan Selama Puasa Ramadhan

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Christiyaningsih

Selasa 07 May 2019 11:50 WIB

Minum obat (ilustrasi). Foto: Republika/Agung Supriyanto Minum obat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah dokter di Uni Emirat Arab mengungkapkan jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit cenderung meningkat selama Ramadhan. Salah satu penyebabnya adalah karena pasien melewatkan jam minum obat atau mengatur sendiri jam minum obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter selama berpuasa.

Pasien yang paling sering masuk ke rumah sakit selama Ramadhan adalah pasien-pasien dengan penyakit kronis. Beberapa di antaranya adalah pasien diabetes, hipertensi, asma dan epilepsi.

Baca Juga

"Sebagian pasien tidak meminum obat mereka selama puasa," ungkap Direktur Medis Reem Island, Fadi Baladi, seperti dilansir The National.

Mengabaikan obat-obatan selama berpuasa bagi pasien-pasien penyakit kronis merupakan masalah besar dan berbahaya. Terlebih jika hal ini dilakukan oleh pasien diabetes mellitus tipe 1 yang membutuhkan insulin secara berkala agar tubuh mereka bisa berfungsi dengan normal.

Fadi mengatakan ada anggapan keliru yang mengaitkan diabetes dengan kalori. Karena itu, obat-obatan diabetes dianggap tidak perlu bila pasien diabetes berpuasa. "Ini sangat tidak tepat. Ini berisiko dan dapat merusak," lanjut Fadi.

Selama Ramadhan tahun lalu, Fadi mengungkap para dokter spesialis di rumah sakitnya harus bekerja dua jam lebih panjang karena peningkatan jumlah pasien. Pasien-pasien ini sering kali jatuh sakit setelah berbuka puasa. Sebagian besar pasien yang jatuh sakit ini berkaitan dengan pengabaian obat-obatan.

Hal yang sama juga terjadi pada pasien asma. Cukup banyak pasien asma yang menolak untuk menggunakan inhaler steroid mereka selama puasa. Padahal inhaler steroid ini dapat membantu pasien untuk mengurangi inflamasi paru.

Para dokter juga melihat adanya peningkatan kasus kejang epilepsi selama Ramadhan. Kasus ini bahkan ditemukan pada pasien yang biasanya tidak mengalami kejang dalam jangka waktu lama.

"Pasien-pasien seperti ini membutuhkan obat dalam kadar tertentu di dalam tubuh mereka tiap waktu untuk menurunkan dampak dari gejala merkea dan mengontrol kejang," jelas Fadi.

Fadi menyarankan agar pasien diabetes atau siapapun yang mengonsumsi obat secara rutin untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Mereka perlu berkonsultasi untuk memastikan kondisi mereka aman untuk berpuasa. Konsultasi ini juga dapat memberikan opsi pengaturan obat yang baik selama berpuasa jika pasien dinilai aman untuk berpuasa.