REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Memasuki bulan puasa, pedagang kolang-kaling di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, diserbu pembeli. Para pembeli mencari kolang-kaling untuk campuran kolak, panganan khas berbuka puasa pada bulan Ramadhan.
"Hari pertama puasa Ramadhan ini sebanyak dua kuintal kolang-kaling habis terjual dengan harga Rp 15 ribu per liter," kata Mumun, seorang pedagang di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten saat dijumpai pada Senin (6/5).
Selama ini, permintaan kolang-kaling cenderung meningkat untuk konsumsi makanan berbuka puasa. Bagaikan tradisi, setiap Ramadhan masyarakat selalu mencari kolang-kaling yang berasal dari pohon aren itu.
Kebanyakan para konsumen menjadikan kolang-kaling sebagai campuran makanan maupun minuman. Mumun mengatakan usaha menjual kolang-kaling tersebut sangat membantu ekonomi keluarganya.
Sementara itu, Udin yang mengaku telah berjualan kolang-kaling sejak tujuh tahun terakhir selama Ramadhan mengatakan berjualan kolang-kaling termasuk menguntungkan. "Tahun lalu kami bisa membangun rumah dari hasil berjualan kolang-kaling itu," katanya.
Hal senada dikemukakan Samun, seorang pengumpul kolang kaling di Rangkasbitung. Ia mengaku setiap hari bisa meraup keuntungan sekitar Rp 1,5 sampai Rp 2 juta per hari.
Ia memperoleh kolang-kaling dari petani di Kecamatan Sobang, Cigemblong, Cibeber, Cirinten, Muncang, dan Cijaku. Daerah-daerah tersebut merupakan sentra perkebunan aren dan sentra produksi gula aren. "Dalam sehari kami bisa menjual dua sampai empat ton dengan harga Rp 12 ribu per kilogram," tutur Samun.
Menurut dia, kualitas kolang-kaling Kabupaten Lebak cukup bagus. Tak heran banyak permintaan dari Pasar Rangkasbitung hingga Tangerang.
Akan tetapi tingginya permintaan kolang-kaling hanya terjadi selama Ramadhan. Para pedagang hanya bisa mendulang untung pada bulan suci itu saja karena permintaan meningkat. "Kami merasa kewalahan melayani permintaan para pedagang pengecer," kata Samun.