REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pegiat gaya hidup nol sampah (zero waste) Siska Nirmala menyarankan masyarakat untuk memperhitungkan pola makan saat berbuka dan sahur. Perhitungan ini untuk menghindari makanan mubazir atau terbuang (food waste).
Dia mengatakan saat puasa banyak sekali makanan mubazir akibat lapar mata saja. Padahal kemampuan makan setelah berbuka biasanya tidak banyak.
"Agar tidak ada yang makanan terbuang maka harus menahan diri dan perhitungkan pola makan waktu berbuka dan sahur," kata Siska. Dia mencontohkan untuk takjil saat berbuka cukup sediakan satu dua jenis takjil saja.
Menurut Siska membuang makanan jelas disayangkan. Perspektif Islam menyatakan umat muslim harus memuliakan atau menghargai makanan.
Jika dilihat dari perspektif proses produksi hingga distribusi makanan, proses yang dijalani makanan dari kebun hingga ke meja makan sangatlah panjang. "Membuang-buang makanan artinya kita juga menyia-nyiakan proses panjang itu," kata dia.
Dari perspektif masalah sampah, dia mengatakan food waste mendominasi jumlah sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sebanyak 50-60 persen sampah yang ada di TPA adalah organik seperti sisa potongan sayur buah atau sisa masakan yang tidak dimakan. Menurutnya dengan tidak menghasilkan sampah makanan, maka kita sudah membantu menyelesaikan sebagian besar masalah sampah.