Nasihat Syekh Yusuf Al-Qardhawi untuk Mendidik Anak Berpuasa

Red: Hasanul Rizqa

Senin 06 May 2019 12:18 WIB

Syekh Yusuf al-Qaradhawi Syekh Yusuf al-Qaradhawi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak adalah titipan dari Allah SWT untuk setiap orang tua. Karena itu, pendidikan semestinya menjadi salah satu agenda utama orang tua demi buah hati mereka.

Bulan suci Ramadhan dapat menjadi kesempatan untuk menempa anak-anak dengan pendidikan islami. Tidak hanya sekolah, tetapi juga selama di rumah.

Baca Juga

Syekh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Fiqh al-Shiyam (diterjemahkan jadi Tirulah Puasa Nabi: Resep Ilahi agar Sehat Ruhani-Jasmani) memberikan nasihat. Ulama yang kini berusia 92 tahun itu menegaskan, seorang anak memang belum wajib berpuasa Ramadhan.

Akan tetapi, orang tua perlu mendidik anaknya untuk melaksanakan kewajiban Allah SWT. Paling tidak, pembiasaan ibadah wajib itu dimulai kala usia anak-anak mencapai tujuh tahun.

"Kebaikan tumbuh dari kebiasaan, keburukan pun lahir dari kebiasaan. Orang tua yang akan menentukan pertumbuhan anak," tulis Syekh Yusuf al-Qardhawi dalam buku tersebut.

photo
Anak berpuasa (ilustrasi)

Dia melanjutkan, ingatlah sabda Rasulullah SAW dalam perkara shalat. “Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah mereka karenanya pada usia 10 tahun.” Dalam hadis lain dinyatakan, “Ajarkanlah anak kalian untuk shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah mereka pada usia 10 tahun.”

Anjuran Nabi SAW tadi dapat dimaknai, pendidikan bagi anak-anak dibagi menjadi dua tahap. Pertama, penganjuran yang mulai diterapkan ketika si anak berusia tujuh tahun. Kedua, pendisiplinan, yang dapat berupa peringatan atau malah pukulan. Tahap terakhir ini dilakukan ketika si anak sudah berusia 10 tahun.

Tahap yang kedua itu dengan catatan dari Syekh Yusuf al-Qardhawi. Pemukulan tidak dilakukan orang tua terhadap anaknya kecuali setelah buah hati mereka itu telah diberi kesempatan tiga tahun lamanya. Jadi, sejak usia tujuh tahun mereka betul-betul dibiasakan dengan ibadah wajib. Inilah bukti seriusnya pendidikan islami di rumah.

"Pemukulan di sini merupakan metode dalam keadaan darurat. … Memukul anak-anak tidak boleh menjadi pilihan orangtua, tetapi mendidik mereka dengan suri teladan dan kata-kata yang bijak. Mencontoh Rasulullah SAW yang tidak pernah memukul dengan tangannya satu kali pun. Tidak kepada istrinya, pembantunya, anak-anak, bahkan kepada serangga sekalipun," papar ulama kelahiran Mesir ini.

Hadis tadi memang berkaitan dengan shalat. Namun, simpul Syekh al-Qardhawi, dalil yang sama dapat diterapkan dalam konteks puasa Ramadhan kecuali terkait kemampuaın jasmaniah.

photo
Ilustrasi anak berpuasa, menunggu berbuka puasa, menunggu berbuka, godaan puasa.

Ya, adakalanya seorang anak sudah mencapai usia tujuh atau sepuluh tahun. Namun, ternyata kondisi fisiknya lemah sehingga tidak memungkinkan untuk berpuasa. Dalam kasus ini, orang tua dapat membimbing mereka dengan pelan-pelan, hingga kondısi fisik si anak benar-benar kuat.

Yang jelas, jangan menuntut berlebihan. Jangan, umpamanya, mengharuskan si anak berpuasa satu bulan penuh. Hal ini justru dapat membebani mereka, sehingga Ramadhan menjadi kurang menggembirakannya. Kata kuncinya adalah pembiasaan secara bertahap (step by step).

"Barangkali pada tahun pertama bisa diterapkan kepada mereka (anak-anak) untuk berpuasa, misalnya, dua atau tiga hari. Setelah itu, bertahap seminggu atau dua minggu, sehingga memungkinkan mereka untuk berpuasa selama sebulan penuh," jelas Syekh Yusuf al-Qardhawi.

Orang tua sungguh-sungguh memegang tanggung jawab yang besar. Anak-anak mesti dibimbing agar sesuai jalan hidup islami, berdasarkan Alquran dan Sunnah.

Jangan sampai membiarkan anak-anak sampai akil balig tidak terbiasa melaksanakan kewaiban dan ketaatan kepada Allah SWT.

"Jika mereka diperintah setelah mencapai usia akil balig, itu akan memberatkan mereka, lebih berat daripada menanggung gunung di atas pundak mereka," ujar ulama pakar fikih tersebut.

Terpopuler