REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik yang menimpa etnis Rohingya, minoritas Muslim di Myanmar, cenderung berlarut-larut tanpa kejelasan. Mereka hidup dengan masa depan yang tak menentu. Selama bertahun-tahun, mereka terpaksa menetap di barak-barak pengungsian. Sebagian bertempat di negara bagian Rakhine, Myanmar. Ada pula yang di daerah Cox's Bazar, Bangladesh.
Menjelang Ramadhan ini, kehidupan warga Muslim Rohingya amat perlu mendapat perhatian. Hal itu diungkapkan Eko Sulistio, salah seorang relawan kemanusiaan Indonesia yang sempat bertandang ke Myanmar. Dia menceritakan, tempat pengungsian ribuan warga Rohingya begitu memilukan rasa manusiawi. Amat sedikit fasilitas yang dapat menunjang rutinitas mereka, semisal toilet atau akses air bersih.
Relawan kemanusiaan Indonesia, Eko Sulistio, menyalurkan bantuan Ramadhan dari rakyat Indonesia kepada warga Muslim Rohingya, yang dilakukan sejak 18 April hingga 1 Mei 2019.
Selain itu, ada pula faktor cuaca. Gelombang panas yang menerjang kawasan Myanmar membuat udara di dalam pengungsian terasa pengap. Apalagi, banyak barak pengungsian mereka yang hanya beratapkan terpal plastik.
Akibatnya, kaum pengungsi, khususnya ibu dan anak-anak, menderita ISPA. Buruknya sanitasi air menyebabkan kotoran berserakan di mana-mana. Tentunya, hal ini menyebabkan kehidupan di sana menjadi tidak sehat.
Selain itu, kurangnya pasokan makanan membuat anak-anak Rohingya menderita gizi buruk. Menurut Eko, banyak anak-anak Muslim di sana yang menunjukkan gejala busung lapar. Sebagian besar mereka bahkan tidak berpakaian sehingga rentan udara dingin.
Karena itulah, masyarakat Indonesia merasa terpanggil untuk bergerak membantu mereka. Inilah yang dilakukan antara lain Eko dan rekan-rekan.
Eko dan tim menyalurkan bantuan yang dihimpun dari Tanah Air kepada warga Rohingya. Penyaluran bantuan itu juga dilakukan dalam rangka program kemanusiaan Ramadhan tahun ini.
Ada sejumlah lembaga kemanusiaan yang terlibat. Di antaranya, DT Peduli, Darussalam Peduli, Muslim Family Land (Muflend) Humanity Care, dan Med-A Peduli yang tak lain kumpulan dokter di sejumlah kampus asal Jawa Tengah. Berikutnya, HPMI Jordania Peduli dan One Care Foundation. Tidak hanya dari Indonesia, Eko juga membawa titipan bantuan dari warga Malaysia.
"Aksi kemanusiaan sudah dimulai sejak 18 April hingga 1 Mei lalu. Aksi kemanusiaan Relawan Indonesia ini diwakili oleh saya, kebetulan sendirian berangkat," ujar Eko Sulistio saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (3/5).
Sejauh ini, bantuan yang sudah didistribusikan kepada warga Rohingya di barak-barak pengungsian berbagai macam. Totalnya sebanyak 30 ton. Perinciannya, ada minyak goreng sebanyal tiga ribu liter, bawang merah sebanyak tiga ribu kilogram, kacang-kacangan sekitar 3.000 kg, gula sekitar 3.000 kg, dan mi kuning sebanyak 2.000 kardus.
Selain itu, mi putih sebanyak 2.000 pak, garam 1.000 kg, tepung 3.000 kg, susu 4.000 kaleng, kentang 4.000 kg, daging dari sapi yang disembelih sebanyak 10 ekor, dan kambing yang disembelih sebanyak 20 ekor.
Eko menjelaskan, seluruh paket bantuan makanan ini diperuntukkan bagi sekitar 1.500 kepala keluarga di beberapa tempat pengungsian Muslim Rohingya. Lokasinya antara lain, Dar Pine Old Camp Refugee, Maung NiBro Camp Refugee, Maung Tinya Camp Refugee, Say Thar Maji Camp Refugee.
Relawan kemanusiaan Indonesia, Eko Sulistio, menyalurkan bantuan Ramadhan dari rakyat Indonesia kepada warga Muslim Rohingya, yang dilakukan sejak 18 April hingga 1 Mei 2019.
Saat ini, Eko menuturkan baru tiga camp pengungsian Muslim Rohingya yang telah mendapatkan bantuan dari pihaknya. Sementara itu, masih ada puluhan kamp yang membutuhkan bantuan.
Di lokasi pengungsian area Rakhine saja, terdapat sekitar 500 ribu warga Rohingya. Adapun di dekat perbatasan Bangladesh-Myanmar, ada lebih dari satu juta orang Rohingya hidup terlunta-lunta di sana.
Walaupun,kondisi mushalla itu juga tidak layak. Tidak berhenti di sini, Eko menambahkan bahwa ia juga akan kembali menyalurkan bantuan kepada Muslim Rohingya pada 5 atau 10 Ramadhan mendatang.
"Kita juga akan menyalurkan bantuan ke warga yang terdampak konflik di Suriah dan Palestina," ujarnya.
Eko mengaku merasa begitu prihatin melihat kondisi masyarakat Rohingya di lokasi pengungsian tersebut. Seperti mayoritas umat Islam sedunia, dia pun berharap konflik kemanusiaan yang menimpa Rohingya dapat mereda. Semoga mereka dapat kembali hidup tentram, tanpa dibayang-bayangi ketakutan.
Kendati hidup dengan kondisi keterbatasan, ungkap Eko, hampir seluruh orang Rohingya tetap semangat menyambut bulan puasa. Kepada Eko, beberapa di antaranya bercerita, akan tetap berpuasa dan melaksanakan shalat tarawih di mushala darurat selama Ramadhan.