REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat berkesempatan menjalankan ibadah puasa Ramadhan di negeri orang jadi pengalaman tak terlupakan untuk Asma Nadia. Di Serbia, Asma Nadia hampir pingsan. Ini karena ia pergi ke negara itu ala backpacker sehingga harus naik kendaraan umum.
Terkadang ia mengira tujuannya dekat dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki tapi ternyata jauh. Pada suatu waktu ia mengitari Benteng Kalemegdan Beogard, Serbia, yang ternyata sangat luas. Saat waktu menunjukkan pukul 17.00 waktu setempat, dia membaringkan tubuhnya di rerumputan karena sudah kelelahan. Meskipun tubuh sudah tidak bertenaga, namun hari itu Asma berhasil puasa penuh.
“Lalu buka puasa itu saya mampir di Masjid Beogard dan muslim di sana minoritas. Tapi mereka di sana itu ngumpulin dana agar bisa selalu buka puasa bersama selama Ramadhan. Mereka menjamu para pengungsi, korban perang, mualaf, semuanya, ketika saya datang kita diajak ‘ayo ikut makan’, diperlakukan sama semuanya,” jelas penulis novel Assalamualaikum Beijing ini.
Pengalaman tersebut menjadi catatan tersendiri bagi dia, yakni jika Ramadhan sedang berada di luar negeri harus diusahakan untuk mengunjungi masjid. Seandainya punya rezeki berlebih maka sebaiknya berikan donasi untuk membantu masjid setempat.
Masih ada beberapa pengalaman Asma menjalankan puasa di luar negeri. Seperti ketika di Swiss di mana ia hampir tidak menemukan masjid sama sekali di wilayah singgahnya. Saat itu, Asma kerap menangis karena merasa rindu suara azan, buka puasa bersama, dan tarawih berjamaah. Di Swiss ia menjalankan semuanya sendiri.
Asma juga pernah menjalankan puasa di Praha, Ceko. Di Praha ia terpaksa sahur hanya makan mi instan dalam gelas karena lupa membeli makan. Mau tak mau ia menyantap makanan yang ada di tasnya saja. “Karena backpacker, hanya beli roti, mi gelas, entah apa yang kebawa saja waktu itu,” kata dia sembari tertawa karena mengingat masa-masa itu.