Meriam, Roti Pitaljaka, dan Ramadhan Wangi di Bosnia

Red: Muhammad Subarkah

Jumat 03 May 2019 05:01 WIB

Suasana kemeriahan malam Ramadhan di Sarajevo, ibu kota Bosnia Herzegowina. Foto: The Truth Seeker Media Suasana kemeriahan malam Ramadhan di Sarajevo, ibu kota Bosnia Herzegowina.

Oleh: Edin Hadzalic, Warga Bosnia Herzegowina

Kehadiran bulan Ramadan di Bosnia khususnya dan Muslim Balkan umumnya, dikenang dan dikenal dengan  hadirnya bau wewangian. Dalam literatur oral (lisan) yang bisa dirunut umurnya sudah ratusan tahun umurnya, maupun dalam tradisi tertulis dan modern, dibicarakan apa yang disebut dengan wewangian  Ramadan itu.

Dan memang betul adanya pernyataan dari para alim ulama yang menyebut  Ramadhan sebagai bulan suci, bulan rahmat, bulan puasa, dan lain lain. Namun yang paling disebar luaskan di Bosnia dan kawasan Balkan adalah soal Wewangian Ramadan.

photo
Roti ‘Ramazanija’ atau ‘Pitaljka’ yang wangi.

Kalau dibilang bahwa kehadiran wangian khusus bulan Ramadan berasal dari jenis makanan yang disajikan pada waktu  berbuka puasa, itu betul adanya. Namun, bukan hanya itu, udara pun yang harum dan beroma wangi dalam beda Ramadhan itu selalu berbeda dengan bulan-bulan lain.

Dan meluasnya aroma wangi ini ini adalah menjadi kesaksian berbagai orang. Bahkan  mereka yang tidak berpuasa, bahkan tidak beragama Islamm mengakuinya.

Sedangkan kalau aroma wangi udara berasal dari wangian makanan yang menjadi ciri khas Ramadan Bosnia juga bisa saja. Di negara itu ada sejenis roti ‘Ramazanija’ atau ‘Pitaljka’ yang wangi. Roti tipis ini seperti roti ‘Nan’ asal India-Pakistan. Di atas roti  ditaburi biji-bijian habbatussauda atau jintan hitam. Uniknya, roti yang wangi dan lezat ini hanya dapat dibeli pada masa bulan Ramadan saja!

Biasanya setiap hidangan untuk berbuka puasa pada masyarat Muslim di Balkan ada minuman ‘serbet’,  sup dari benih kacang atau krim. Selain itu ada hidangan utama dan desert untuk buka puasa.  Sama seperti di Indonesia segala macam jenis khurma juga disajikan.

Tak hanya itu, Iftar atau buka puasa, dalam tradisi di sebuah lingkungan masyarakat Bosnia — terutama masyarakatnya urban — akan dilakukan dengan bergiliran saling berpindah dari rumah ke rumah. Golongan masyarkat yang lebih mapan secara finansial lazimnya akan selalu membuat acara publik, berupa buka bersama untuk umum.

Pada acara buka bersama itu biasanya dihidangankan makanan yang lengkap dan mewah. Setelah makan akan disajikan kopi. Dan setelah itu mereka akan berangakat  ke masjid untuk shalat tarawih.

Dalam acara shalat di malam bulan Ramadhan itu  berbagai orang yang biasannya sepanjang tahun jarang ke masjid tiba-tiba akan rajin shalat tarawih berjammah di masjid.

Nah, setelah shalat tarawih selesai,  di semua sudut kota akan segera penuh dengan keriuhan dengan para pemuda. Mereka berkumpul di semua kafe dan restoran. Temat itu akan penuh sesak sampai larut malam. Suasananya akan gembira, penuh tawa dan canda.

photo
Hidangan buka puasa di masyarakat Muslim Bosnia

Sedangkan mengenai tanda buka puasa di Bosnia ada dua. Pertaa, tradisi yang semenjak dahulu dijalankan bersama yaitu tembakan dari meriam kayu. Yang kedua adalah menyala terangnya lampu pada menara mesjid. Lampudi menara itu akan menyala sepanjang malam sampai datangnya waktu Imsak.

Menjelang datangna waktu Shubuh meriam juga akan berbunyi sebanyak dua kali. Bunyi gelegar meriam pada pagi-pagi itu akan  menjadi pertanda datangnya waktu sahur dan waktu imsak.

Sampai hari ini, tradisi menyalakan meriam ini  hanya terjadi di sebagian kota. Dan kota yag hingga sekarang masih punya tradisi membunyikan meriam pada waktu datangnya Maghrib dan Shubuh Ramadhan masih terjadi seperti Sarajevo dan Travnik. Sedangkan untuk pemasangan lampu di menara masjid itu masih dijalankan di semua kota di Balkan.

Khusus untuk anak-anak yang belum sanggup puasa yang bisa memakan waktu sepanjang 16-17 jam seperti sekarang, yakni ketika bulan Ramadan jatuh pada musim panas di mana siang hari sangat panjang, mereka tetap diminta berpuasa. Maka puasa mereka diasuh dan diawasi oleh ibunya atau neneknya. seperti juga di Indonesia.

Pada malam-malam ramadhan di Balkan dan Bosnia semuanya memiliki keistimewaan tersediri. Namun  dalam tradisi Muslim Balkan yang paling meriah adalah pada peringataan Lailatul Qadr, yakni pada malam ke 27 ramadhan. Pada pada malam itu di semua masjid akan digelar acara bersama-sama membaca Alqur’an, berzikir, membaca maulid dan menyanyikan  nasyid.

photo
Acara ifthar atau buka bersama di Bosnia

Saya waktu kecil sempat menyaksikan pembicaraan kakek saya, Azem, dengan saudarannya Ejup. Topik pembicaraanya adalah menjawab pertanyaan mengapa bulan Ramadan di Balkan mempuanyai bau wangi yang berbeda dari semua bulan yang lain.

Saat itu  kakeku yang sekarang sudah almarhum menjawab, “Wewangian Ramadhan beda karena selama bulan Ramadan, Allah SWT mengunci para setan  sehinnga manusia dapat secara bebas merasakan wangian asli alam sekitarnya.  Selain itu semua pintu rahmat dibuka sehingga rahmat menyelimuti alam semesta ini.”

Dan saudara kakekku, Ejup, membenarkannya. Katanya,”Betul, dan pada bulan inilah manusia dipacu dengan alam semesta untuk mengingat kembali masa azzali ketika bersumpah atas pertanyaan Tuhan: “Bukankah Aku ini Tuhanmu?
Dan kami saat itu telah menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi!”

Jadi itulah suasana dan tradisi Ramadhan di masyarkat Muslim yang tinggal kawasan Balkan.

Terpopuler