REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) dan Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi menjadi penceramah dalam Kajian Tauhid yang diselenggarakan Daarut Tauhid Jakarta di Masjid Istiqlal pada Ahad (8/7). Aa Gym dan TGB membahas hikmah Ramadhan yang paling penting. Apakah itu?
Menurut mereka, hikmah Ramadhan paling penting adalah selalu merasa bersama dan diketahui Allah SWT. Aa Gym mengatakan, hikmah Ramadhan yang paling penting adalah sibuk merasa selalu ditatap dan disaksikan Allah. Sebab saat berpuasa di bulan Ramadhan tidak ada orang lain yang tahu kalau seseorang batal puasa.
Artinya, Ramadhan melatih agar selalu menyadari bahwa Allah Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Tahu. Kalau selalu menyadari itu semua, Insyaallah akan terjaga. "Melakukan maksiat karena merasa tidak dilihat Allah, maksiat lahir dan maksiat bathin karena dia merasa tidak dilihat Allah," kata Pemimpin Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Aa Gym saat menjadi penceramah Kajian Tauhid di Masjid Istiqlal, Ahad (8/7).
Ia menerangkan, barang siapa yang merasa sibuk ditatap Allah, maka orang tersebut akan menjadi orang yang ikhlas. Nikmatnya ikhlas adalah selalu merasa ditatap, didengar dan diperhatikan Allah setiap saat. Jadi untuk apa sibuk dengan penilaian orang lain. Tapi bukan berarti tidak peduli dengan penilaian siapapun.
Ia menjelaskan, manusia dihargai orang lain karena Allah menutupi dosa, maksiat, keburukan dan aib orang tersebut. Maka mana yang lebih berbahaya? Dibuka aib oleh Allah atau tidak diampuni oleh Allah. Kebanyakan manusia lebih takut dibuka aibnya daripada tidak diampuni Allah.
"Kalau Allah membuka aib kita sedikit saja, itu untuk kebaikan kita pula agar kita sadar bahwa yang ditutupi Allah lebih banyak. Agar kita bisa tersungkur dan bertaubat untuk meminta ampunan atas aib yang tidak dibuka," ujarnya.
Menurut pandangan TGB, memang betul salah satu yang paling penting dari Ramadhan adalah menghadirkan ma'iyyatullaah yang lebih kuat. Ma'iyyatullaah adalah kebersamaan yakni rasa selalu bersama Allah.
Ia menerangkan, kata para ulama, ma'iyyatullaah ada dua macam atau tingkatan. Pertama, ma'iyyatunammah, yakni Allah bersama manusia. Allah selalu mengetahui apapun yang dilakukan manusia. Allah mengetahui apa yang disembunyikan hati manusia. Ini beraku terhadap semua makhluk tanpa kecuali.
"Ma'iyya atau kebersamaan ini kata para ulama tidak peduli siapapun, ini melintasi batas akidah, agamanya apa tetap ada ma'iyyatullaah di situ dalam arti yang umum," jelasnya.
TGB menyampaikan, kalau manusia mampu menjaga hak-hak Allah pada dirinya. Maka ma'iyyatunammah naik ke tingkatan ma'iyyaqasah, yakni kebersamaan dalam arti yang lebih khusus. Kalau ma'iyya dalam arti umum adalah Allah Maha Mengetahui. Sementara ma'iyya dalam arti khusus yakni Allah bersama manusia dan menolong apapun yang dilakukan manusia.
"Siapa yang mendapatkan ma'iyyaqasah? Kebersamaan yang istimewa dan khusus dalam bentuk pertolongan, diperkuat, dilindungi, dijaga itu diberikan kepada orang yang berusaha menjalankan hidup dengan mengamalkan nilai-nilai ketakwaan," jelasnya.
Ia menambahkan, takwa artinya tidak henti berkontribusi untuk berbuat baik dalam kehidupan. Orang seperti itulah yang akan mendapatkan ma'iyyaqasah. "Mudah-mudahan kita semuanya mendapatkan ma'iyyaqasah," katanya.