Mereka yang Bertugas Saat Lebaran

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani

Selasa 19 Jun 2018 06:07 WIB

Aksi simpatik para polisi dan kemeriahan ragam kesenian melepas rombongan pemudik yang akan kembali ke kota asal masing- masing. Senin (18/6). Foto: Republika/Bowo Pribadi Aksi simpatik para polisi dan kemeriahan ragam kesenian melepas rombongan pemudik yang akan kembali ke kota asal masing- masing. Senin (18/6).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Momen lebaran dan waktu libur panjang tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Namun sayangnya, kebahagiaan ini tidak semua bisa dirasakan segelintir masyarakat yang lebih memilih mengutamakan kepentingan umum dibandingkan pribadi.

Arif Nugroho sudah enam tahun tidak bisa berkumpul dengan keluarga di momen lebaran dan libur panjang seperti masyarakat lainnya. Dia harus fokus mengurus warga yang hendak mudik ke kampung halamannya melalui moda transportasi kereta. Terlebih lagi di saat dia dipercaya memegang jabatan sebagai pimpinan kepala stasiun beberapa tahun terakhir.

"Dukanya saya sudah lama tidak lebaran bersama keluarga tapi sukanya ya senang bisa lihat orang mudik ketemu keluarganya," ujar pria berusia 32 tahun ini saat ditemui wartawan di Stasiun Kota Baru Malang.

Sebelum ditempatkan di Malang, Arif sempat bertugas di wilayah Bandung. Lokasi jauh dari keluarga ini membuatnya sulit bertemu dengan orang terkasih. Apalagi sang istri dan anaknya yang kini berusia dua tahun menetap di Gresik.

Untuk mengurangi kerinduan bersama keluarga, Arif tentu memiliki cara lain agar dapat berkomunikasi. Salah satu cara yang acap dilakukan, yakni menelepon maupun videocall keluarganya. Arif setidaknya baru dapat berkumpul langsung sekitar 10 hari setelah perayaan hari lebaran.

Kesedihan tak dapat berkumpul dengan keluarga juga dirasakan oleh salah satu anggota Brimob, Randy Ari Wicaksono. Pria yang berusia 23 tahun ini harus bertugas menjaga keamanan Stasiun Kota Batu Malang sejak 5 sampai 24 Juni mendatang. Dia harus mengawasi dan memastikan pemudik aman di stasiun selama 24 jam setiap harinya.

"Saya baru bisa pulang nanti tanggal 27 Juni ke Jombang," kata dia.

Menurut Randy, situasi ini sudah biasa dirasakan sejak dirinya memutuskan masuk ke dunia Brimob. Sejak 2014, dia setiap tahunnya tidak dapat berkumpul bersama keluarga di momen-momen bahagia pada umumnya. Meski awalnya keluarga sedih, mereka saat ini sudah terbiasa menanggapinya.

Konsekuensi profesi sehingga tidak bisa merasakan makna lebaran bersama keluarga juga dialami polisi lalu lintas, Latifa Rina. Sejak ditempatkan di Malang pada 2009, dia agak sulit bertemu keluarga besarnya di Banyumas, Jawa Tengah. Ditambah lagi, saat ini dia mendapat tugas menjaga pos pelayanan lalu lintas di Kabupaten Malang dari 9 sampai 24 Juni mendatang.

"Ya sudah biasa sih, konsekuensi profesi saat dibutuhkan kita harus ada seperti di tahun baru atau hari raya, kita sudah ada tugasnya. Dan saya pulang palingan H+ tujuh setelah lebaran ke Banyumas. Itupun di sana cuma tiga hari," jelas perempuan yang kini berusia 32 tahun tersebut.

Menurut perempuan yang disapa Ifa ini, keluarga besarnya tidak mempermasalahkan konsekuensi profesi yang didapatkan selama ini. Hal ini wajar mengingat ayahnya juga berprofesi di dunia kepolisian. Ditambah lagi, sang suami juga bekerja di TNI AU sehingga keduanya acap mengambil waktu cuti berbarengan.

Meski tak dapat meraskan momen lebaran seperti lainnya, hal ini bukan berarti Ifa tidak bahagia. Melihat orang dapat berkumpul bersama keluarga sudah cukup membuatnya senang. Hal ini setidaknya dapat mewakili perasannya yang tidak dapat berkumpul dengan keluarga besar.