Pengunjung Museum Sejarah Jakarta Membludak H+2 Lebaran

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah

Ahad 17 Jun 2018 07:35 WIB

Wisatawan ramai mengunjungi Museum Sejarah Jakarta pada H+1 lebaran 1439H, Sabtu (16/6). Foto: Republika/Umi Nur Fadilah Wisatawan ramai mengunjungi Museum Sejarah Jakarta pada H+1 lebaran 1439H, Sabtu (16/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengelola Museum Sejarah Jakarta, Kota Tua mencatat sebanyak 8.600an wisatawan mengunjungi museum pada hari kedua libur lebaran, Sabtu (16/5).

Pengunjung mencapai 8.600 (hingga jam pembelian tiket pukul 17.00 WIB), kata Koordinator Pemandu Museum Kesejarahan Jakarta (MKC) Amat Kusaini Al-Alexs kepada Republika.co.id, Ahad (17/6).

Ia mengatakan jumlah itu melebihi target pengelola museum, yakni 6.000an pengunjung. Ia mengatakan jam operasional museum dimulai pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB, untuk pembelian tiket.

Sejak pukul 08.00 - 12.00 WIB tercatat 2.600an wisatawan mengunjungi museum. Namun, karena banyaknya masyarakat yang berwisata ke Kota Tua, jumlah kunjungan terus melonjak.

Pada hari kerja biasa, Alex mengatakan, hanya ada 1.000-1.500an pengunjung museum per hari. Sementara pada akhir pekan, biasanya ada 2.000-3.000 pengunjung.

Alex mengatakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta membuat kebijakan membuka operasional Museum Sejarah Jakarta pada hari pertama lebaran. Namun, jam operasional dimulai pukul 13.00-17.00 WIB. Pada hari pertama lebaran, Alex mengatakan sebanyak 2.000an wisatawan tercatat mengunjungi museum.

Ia mengatakan pengelola museum menurunkan tim lengkap selama libur lebaran. Sebab, ia meyakini banyak wisatawan berwisata ke Kota Tua, salah satunya mengunjungi Museum Sejarah Jakarta.

Alex menyebut rekor pengunjung sebanyak 15 ribu orang per hari terjadi pada libur tahun baru. Museum Sejarah Jakarta menjadi tempat favorit ketika berwisata ke kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.

Alex mengatakan banyak hal yang bisa diperoleh wisatawan dari kunjungan ke Museum Sejarah Jakarta. Sebab, museum ini memang menceritakan dan menyimpan perjalanan DKI Jakarta sejak zaman penjajahan. Selain itu, gedung museum ini adalah bangunan pertama kali di Batavia yang menjadi pusat pemerintahan Belanda dan pengadilan.

Pun dalam pengelolaannya, ia mengatakan, pengelola mengikuti perkembangan zaman now, baik sisi penataan, pemandu museum, layanan museum, dan lain-lain. 

Terpopuler