REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Di kala mayoritas umat Muslim di Indonesia merayakan Idul Fitri bersama keluarga dan orang-orang terdekatnya, ada sekelompok Muslim asal Indonesia yang harus berjauhan dengan keluarga walau hari raya telah tiba. Mereka adalah tenaga kerja wanita (TKW) yang tidak pulang ke Tanah Air saat Idul Fitri.
Alih-alih menikmati libur panjang, mereka tak jarang tetap harus bekerja mengurus anak-anak majikannya atau para manula di hari raya. Untuk mengobati rasa kangen akan suasana Lebaran di kampung halaman, komunitas pekerja migran Muslim di Hong Kong mengadakan acara kecil-kecilan agar mereka dapat berkumpul dengan saudara setanah air.
"Keinginan untuk bisa merayakan Idul Fitri seperti di kampung halaman tetap kuat walau kita tinggal di luar negeri," kata Eni Lestari, Ketua Aliansi Pekerja Migran Hong Kong. Eni merupakan TKW dan sudah bekerja di Hong Kong sejak tahun 2000 silam.
Eni mengatakan bergabung untuk melaksanakan sholat Ied yang diorganisir Konsulat Indonesia di Victoria Park. Sholat Ied di Hong Kong dilaksanakan pada Jumat (15/6) pagi waktu setempat.
Akan tetapi, tidak semua pekerja migran bisa dengan bebas merayakan Idul Fitri. Sringatin, Ketua Persatuan Pekerja Migran Indonesia, berharap pihak konsulat mengirimkan surat resmi yang menyatakan bahwa para pekerja migran diizinkan memperoleh waktu satu atau dua jam untuk merayakan Idul Fitri. Dengan demikian, para pekerja migran di Hong Kong bisa berkumpul dan merayakan bersama kawan-kawan senasib di perantauan.
Menurutnya, setiap hari asisten rumah tangga disibukkan dengan pekerjaan di rumah majikan. Mereka terjebak di posisi yang sulit sehingga meninggalkan rumah sejenak untuk merayakan Idul Fitri kadang adalah hal yang mustahil. Beberapa pekerja juga mengaku gaji mereka dipotong jika izin libur kerja untuk berlebaran. "Kami tidak punya pilihan," kata Sringatin.
Sringatin berkata acara kumpul-kumpul merayakan hari kemenangan adalah kesempatan bagi para tenaga kerja Indonesia untuk menyantap makanan halal. Karena, para ART mengaku majikannya hampir tidak pernah menyediakan makanan halal. "Kami tidak ingin mereka merasa sendiri," terang Sringatin dikutip dari South China Morning Post.
Menurut penuturan Saeed Uddin selaku sekretaris di The Incorporated Trustees of the Islamic Community Fund of Hong Kong, Muslim Hong Kong didominasi umat asal Indonesia. Sekitar 300 ribu Muslim asal Indonesia tinggal di Hong Kong dan mayoritas bekerja sebagai asisten rumah tangga. Jumlah itu melampaui komunitas Muslim asal India sebanyak 150 ribu jiwa dan Muslim Pakistan sebanyak 45 ribu jiwa.
Saat Idul Fitri tiba, banyak aula di Hong Kong dibuka untuk keperluan perayaan dan sholat Ied. Beberapa komunitas Muslim menyewa tempat-tempat yang lapang untuk menyelenggarakan acara yang melibatkan keluarga dan teman-temannya. Uddin mengatakan tidak ada aturan yang membatasi kaum Muslim manapun untuk merayakan Idul Fitri bersama. "Pintu kami terbuka untuk siapapun. Setiap masjid terbuka untuk semua Muslim," ungkapnya.