REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ada pesan menarik yang disampaikan khatib shalat Idul Fitri di Masjid Raya Sumbar, Tifatul Sembiring. Mantan Menkominfo tersebut menyebut bahwa agama Islam kerap kali disudutkan dengan berbagai stigma dan pandangan miring yang justru datang dari sesama umat Muslim.
Ia mengingatkan, mendekati pesta demokrasi yakni Pilkada serentak pada 27 Juni 2018, terlebih semakin dekat dengan Pilpres 2019, suasana 'penyudutan' terhadap Islam semakin terlihat.
Tifatul mengajak umat Muslim di Indonesia untuk sama-sama bersatu dalam mewujudkan Islam yang penuh rahmat, Islam yang tangguh, dan Islam yang mampu membela saudara-saudara sesamanya.
"Di level nasional, terutama situasi tahun 2018 dengan Pilkada di seluruh Indonesia dan tahun depan ada Pilpres. Sadar atau tak sadar, Islam kerap kali diserang. Islam under attack," ujar Tifatul dalam khotbah Idul Fitrinya, Jumat (15/6).
Anggota Komisi VII DPR tersebut juga mengingatkan bahwa under attack yang ia maksud tak hanya bersifat konotatif di dalam negeri, namun jelas-jelas terjadi di negara-negara Timur Tengah.
Ia mengingatkan bahwa rakyat Palestina yang menuntut keadilan dan kemerdekaan, konlfik di Suriah yang mengorbankan umat Muslim sendiri, dan konflik lainnya yang korbannya adalah orang Islam.
"Pembataian rakyat Palestina. Di perbatasan Gaza. 60 kaum Muslim meninggal dunia di awal Ramadhan. Belum selesai, ada Wantimpres ke Israel yang kita tak tahu misinya apa," ujar Tifatul.
Meski sempat menyinggung kunjungan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya ke Israel yang menuai polemik, Tifatul tak ingin membahas lebih jauh. Ia hanya mengingatkan umat Muslim agar memiliki semangat yang sama dalam membela umat Muslim Palestina.
"Di tengah semangat umat mulai runtuh, karena terlalu berharap pada dunia. Islam diserang. Kita di Sumbar harus menjadi benteng Islam. Ke mana jiwa-jiwa Minang pembela agama?" katanya.
Di pengujung khotbahnya, Tifatul meminta masyarakat lebih arif bijaksana dalam menghadapi isu-isu terkini yang rentan memecah persatuan umat. Menurutnya, bila tak bisa mengambil peran dalam menyatukan umat, lebih baik diam dan tidak ikut-ikutan memecah belah umat.
"Jangan justru memecah belah. Dalam situasi ini orang asing datang ke sini mengambil kekayaan negeri. Diberi kehormatan untuk masuk. Supaya anak cucu kehilangan pekerjaan," ujar dia.